Minggu, Desember 23, 2007

Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa melalui Konser Gejala Alam pada Pembelajaran Biologi

Dr. Howard Gardner, seorang peneliti dari Harvard University, mengemukakan teori Multiple Intelligence (kecerdasan majemuk) yang meliputi delapan jenis kecerdasan.
1. Cerdas Matematika dan Logika – cerdas dalam sains dan berhitung
2. Cerdas Tubuh – terampil dalam mengolah tubuh dan gerak
3. Cerdas Bahasa – cerdas dalam mengolah kata
4. Cerdas Musik – cerdas musik, peka terhadap suara dan irama
5. Cerdas Alam – peka terhadap alam sekitar
6. Cerdas Sosial – kemampuan tinggi dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain
7. Cerdas Gambar – memiliki imajinasi tinggi
8. Cerdas Diri – menyadari kekuatan dan kelemahan diri
Sementara itu, Dr. Andyda Meliala menambahkan satu buah kecerdasan lainnya, yaitu cerdas spiritual. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya dengan pencipta alam semesta. Orang yang meyakini keberadaan Tuhan dalam mengatur alam semesta dan menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya merupakan orang yang memiliki kecerdasan spritual yang tinggi.

Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa membangun seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri.

Untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor yang tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk tersebut. Walaupun sangat jarang seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di semua bidang, biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang menonjol.

Albert Einstein, yang sangat menakjubkan dengan teori relativitasnya, terkenal jenius di bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika. Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni, arsitektur, matematika dan fisika.

Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru PERAN ORANG TUA dan GURU dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung JAUH LEBIH PENTING dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Pemberian stimulus yang beragam sedari kecil sangat membantu perkembangan belahan otak anak.

Setiap anak memiliki beragam kecerdasan yang menonjol, tak hanya kecerdasan intelektual. Sayangnya para pendidik kurang mampu untuk memberikan kesempatan bagi kecerdasan lainnya untuk dapat berkembang. Selama ini kecerdasan intelektual yang begitu sangat dihargai, sementara kecerdasan lainnya dipandang sebelah mata. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dialami pendidik di kelas. Pertama, kurikulum sebagai patokan pelaksanaan pembelajaran, yang diterapkan bertahun-tahun lamanya, begitu menitikberatkan pada penguasaan konsep (kecerdasan intelektual). Kedua, kecerdasan lainnya tidak dievaluasi baik dalam ujian akhir nasional maupun ujian sekolah. Soal-soal yang dipergunakan untuk mengevaluasi masih berkutat pada pengujian penguasaan konsep siswa.

Pada pembelajaran di kelas, guru seringkali menerapkan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan tetap menganggap dirinya sebagai pusat pembelajaran. Padahal paradigma seperti itu sudah tidak relevan lagi. Sudah saatnya siswa diajak untuk aktif sebagai pembelajar. Perlu kiranya siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan lain yang dimilikinya.

Dalam rangka mengembangkan berbagai kecerdasan siswa, maka pada pembelajaran biologi konsep Gejala-gejala Alam, Sabtu, 10 Maret 2007, dilaksanakan konser seni bertemakan gejala-gejala alam. Pembelajaran dengan kompetensi dasar melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik dan abiotik ini, dilaksanakan setelah siswa mengamati gejala alam biotik dan abiotik di lingkungan sekolah. Agar siswa tak hanya peka terhadap lingkungan sekitarnya tapi juga peka terhadap permasalahan bangsa, maka saya memutuskan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran ini.

Pembelajaran IPA yang biasanya dianggap kaku dan monoton diubah menjadi setting yang dinamis. Setiap siswa dalam kelompoknya diberikan kebebasan mengekspresikan kemampuan dirinya. Mereka diminta untuk merancang penampilan yang akan mereka bawakan disesuaikan dengan tema yang telah guru tentukan. Guru hanya memberikan masukan bila siswa memintanya. Setiap siswa dirangsang untuk memberikan penampilan terbaiknya dan bagi penampil terbaik guru mempersiapkan penghargaan dalam berbagai kategori, yaitu kategori penampilan terbaik, penampilan terkreatif , dan permainan musik terbaik. Peran guru pada pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator.

Hasilnya sungguh di luar dugaan saya. Penampilan mereka sungguh memukau bagi anak seusia mereka. Padahal waktu yang saya berikan kepada mereka untuk mempersiapkan penampilannya tidaklah lama.Kelompok Rosa hybrida (beranggotakan Sandra, Feni, Elma, Alin, Clarissa, dan Ika) yang dinobatkan sebagai kelompok penampil terbaik, menyuguhkan operet mengenai bencana tsunami yang melanda Aceh Desember 2004. Penderitaan yang dialami oleh korban tsunami mereka ekspresikan dengan baik. Mereka tidak hanya mempersembahkan sebuah karya seni tapi juga menyampaikan pesan ilmiah mengenai gempa dan tsunami dalam bahasa yang mudah untuk dipahami. Sebelum mereka tampil ternyata mereka mengumpulkan informasi mengenai gempa dan tsunami dari surat kabar dan leaflet yang pernah saya berikan setelah saya mengadakan kunjungan ke BMG Jakarta.

Sementara itu kelompok Felis domestica yang semua anggotanya kaum Adam (Set, Gei, Giffar, Herlian, Rian Jatiawang), sebagai kelompok paling kreatif, mempersembahkan operet yang begitu kocak. Mereka benar-benar mempersiapkan properti untuk penampilannya. Mereka tampil dengan kostum hitam-hitam dengan pin bertuliskan Felis. Dan saya baru mengetahui bahwa salah seorang dari mereka, yaitu Herlian, sungguh baik dalam berakting. Ia tampil paling menonjol dan begitu percaya diri sehingga saya menjulukinya sebagai aktor terbaik kelas VII-10.

Penampilan yang tak terduga juga diberikan oleh kelompok Jasminum sambac (Nurul Azizah, Lydia, Faroz, Maria, Tri). Mereka menampilkan ansambel musik. Maria dan Nurul mampu memainkan biola untuk mengiringi Faroz dalam membacakan puisi sehingga membuat penonton larut dalam suasana syahdu yang mereka ciptakan. Sungguh mereka layak saya tasbihkan menjadi kelompok dengan permainan musik terbaik.

Penampilan kelompok lain (Varanus, Rhinoceros, Scorpio, Elephantia, Cananga, Bougenvillea) juga tak luput dari perhatian saya. Permainan gitar Ryan Eka dan Wilman saya acungi jempol. Lukisan Aldy mengenai bencana gunung meletus sangat saya apresiasi. Saya sungguh terharu, tak sia-sia saya menyediakan dua kali pertemuan pembelajaran biologi agar mereka dapat mengembangkan berbagai macam kecerdasan yang mereka miliki. Melalui kegiatan ini saya menyadari bahwa mereka begitu cerdas dan saya sangat bangga pada mereka. Semoga tahun ajaran ini, bersama siswa yang baru, saya dapat melaksanakan hal yang serupa.

2 komentar:

Waw mengatakan...

Bu Gyta minta izin blognya saya link ke blog saya di http://wawanhr.wordpress.com

Anonim mengatakan...

Bu Gita, hatur nuhun parantos naratas jalan kanggo nanjeurkeun komara SMP Negeri 2 Cimahi di fasilitas IT. Mudah-mudahan kiprah ibu terus "membawa pencerahan" kanggo kulawedet SMP Negeri 2 Cimahi. Selamat!