Jumat, Mei 08, 2009

Pentingnya Memberikan Reward untuk Memacu Prestasi Siswa

Dalam peluncuran bukunya yang berjudul Harus Bisa yang disiarkan di salah satu televisi swasta, presiden SBY mengungkapkan keprihatinan bahwa bangsa Indonesia ini pelit untuk memberikan penghargaan. Nampaknya pernyataan beliau ini ada benarnya.
Dalam sebuah acara pembagian rapor, terjadi diskusi menarik antara seorang wali kelas dengan salah satu orang tua siswa. Ia mengungkapkan kebahagiaannya begitu melihat semangat belajar putranya semakin meningkat sejak putranya menerima penghargaan berupa piagam sebagai peraih nilai tertinggi dalam ulangan harian mata pelajaran IPA. Dalam diskusi itu, beliau mengusulkan agar setiap guru memberikan piagam atau penghargaan dalam bentuk apapun untuk memotivasi semua siswa agar lebih giat lagi belajar. Usul orang tua tersebut sangat menarik untuk kita cermati sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap peningkatan kualitas pembelajaran agar dapat diimplementasikan dalam pengajaran di kelas.

Usulan demikian mungkin merupakan usulan yang sederhana, karena secara sepintas fisik secarik kertas tidak memiliki arti apa-apa. Bahkan pemberian pujian ataupun penghargaan acapkali dilupakan. Akan tetapi bila di kertas tertera ungkapan kebanggaan dan penghargaan guru atas prestasi yang dicapai oleh siswa dan dilegalisasi oleh sekolah, maka secarik kertas akan berubah nilainya di mata siswa yang menerima penghargaan. Penghargaan yang diberikan dapat juga berupa buku tulis, pensil, pulpen, dan buku-buku bacaan lain yang dibungkus dengan rapi. Dengan cara ini siswa akan termotivasi untuk belajar. Kebahagiaan begitu membuncah mendengar namanya diumumkan sebagai siswa terbaik dan menerima penghargaan di hadapan teman-temannya yang lain. Dan tidak menutup kemungkinan akan mendorong siswa lainnya untuk ikut berkompetisi dalam belajar.

Hal yang lumrah bagi setiap manusia memiliki keinginan untuk dihargai orang lain. Abraham Maslow dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1954) menggolongkan kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) sebagai suatu kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan akan penghargaan menjurus pada timbulnya kepercayaan akan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup akan lebih mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dan lebih produktif.

Dalam dunia pendidikan, penerapan teori Maslow ini diwujudkan dengan pemberian reward (hadiah) and punishment (hukuman). Reward diberikan kepada siswa yang mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam belajar, sedangkan punishment diberikan kepada siswa yang tidak taat terhadap peraturan. Keduanya harus diberikan secara tepat dan seimbang. Artinya, ketika guru menemukan ada siswanya yang melanggar aturan, maka guru perlu memberikan sanksi agar siswa tersebut menyadari kesalahan yang telah dilakukannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Akan tetapi, jika ada siswa yang berhasil melakukan tugasnya dengan baik, maka guru tidak perlu sungkan untuk memberikan pujian dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Pemberlakuan hukuman (punishment) harus tepat dan sangat hati-hati, karena bentuk hukuman baik berupa fisik maupun melalui perkataan sangat mungkin diterima negatif oleh siswa meskipun sebenarnya mereka mengetahui bahwa tindakannya keliru.
Mendapatkan penghargaan ketika melakukan tindakan yang terpuji merupakan hak siswa. Oleh karena itu tidak perlu merasa khawatir pujian akan membuat siswa menjadi malas atau manja. Justru dengan pujian yang proporsional, siswa memperoleh penguatan dan energi yang lebih untuk memperbaiki diri. Dengan begitu, secara tidak langsung akan membuat wibawa guru meningkat di mata siswa.

Pemberian pujian merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi belajar siswa. Motivasi sudah diyakini mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru tidak dihadapi dengan resah gelisah, tetapi dihadapi dengan tenang dan percaya diri.

Momen ketika guru menilai tugas dapat menjadi kesempatan kepada guru untuk memberikan umpan balik berupa komentar-komentar membangun kepada siswa. Diharapkan siswa dapat memperbaiki dan terus meningkatkan performanya dalam belajar. Kegiatan ini juga dapat menjadi wahana untuk memperlancar komunikasi antara guru dan seluruh siswa yang selama ini menjadi faktor kendala pembelajaran yang terjadi di kelas besar (kelas dengan jumlah siswa lebih dari 30 orang). Dengan pemberian koreksi atau komentar terhadap tugas siswa, siswa mengetahui betapa guru memperhatikannya di kelas sehingga timbullah rasa senang belajar bersama guru tersebut. Jika guru berhasil merangsang timbulnya motivasi dalam diri siswa, maka secara tidak langsung guru akan meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran yang diampunya. Dengan demikian, siswa akan dengan senang hati mempelajari pelajaran itu. Pada akhirnya pemberian reward and punishment diharapkan mampu membentuk kepribadian siswa yang yang unggul baik secara intelektual maupun emosional.

Tidak ada komentar: