Rabu, November 04, 2015

Pelaksanaan UKG Ditunda?

Yup, betul sekali, khusus untuk sembilan provinsi yang terdampak bencana! Seperti dilansir harian Umum Pikiran Rakyat (Sabtu, 31/10/2015), Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sumarna Surapranata, seusai rapat koordinasi penanggulangan dampak bencana asap menyampaikan bahwa UKG di sembilan provinsi yang terdampak bencana asap tidak perlu mengikuti jadwal nasional (9-27 November 2015), sehingga bisa ditunda sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing. Bisa Desember 2015 atau Januari 2016.

Lebih lanjut Sumarna mengatakan bahwa tunjangan profesi guru akan tetap dibayarkan pada guru-guru yang ada di daerah terdampak bencana tersebut tanpa terkena aturan kewajiban mengajar 24 jam. Selain itu, Kemendikbud juga akan memberikan bantuan sosial dalam bentuk block grant untuk Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Bantuan akan diberikan secara selektif kepada KKG/MGMP yang melakukan pengayaan atau remedial kepada siswa terdampak bencana asap.

Sementara itu, untuk pelaksanaan UKG di daerah lainnya tetap sesuai jadwal, yaitu tanggal 9-27 November 2015. Kartu peserta UKG dapat diambil secara kolektif di Dinas Pendidikan Kab./Kota masing-masing. Saya sendiri menjapat jadwal UKG hari Selasa, 17 November 2015 di SMPN 3 Cimahi pukul 07.30-10.00 WIB. Semoga sukses semuanya!

Rabu, Oktober 28, 2015

Don't Worry, Hasil UKG Tidak Akan Mempengaruhi Tunjangan Profesi Guru

Menjelang pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) banyak guru merasa gelisah karena khawatir hasil UKG akan mempengaruhi Tunjangan Profesi Guru (TPG). Seperti dikutip dari HU Pikiran Rakyat edisi Rabu, 28 Oktober 2015, FGII melalui audiensi langsung kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud (Senin sore 26/10/2015) telah memastikan  bahwa hasil UKG tidak dijadikan dasar untuk mereduksi TPG. UKG hanya digunakan sebagai pemetaan dan refleksi peningkatan kompetensi guru.

Jika ada guru yang tidak mencapai batas nilai kelulusan 5,5 poin atau modul tertentu, guru tersebut akan diikutsertakan dalam diklat untuk bagian-bagian tersebut yang dibiayai pemerintah.

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata menegaskan, hasil UKG nanti tidak akan mempengaruhi TPG. Hasil UKG menurut dia merupakan diagnosis untuk mengukur  kompetensi masing-masing guru.

Bagi guru yang kompetensinya kurang akan diberikan pembekalan melalui Pengembangan Profesi Berkelanjutan. Dalam program ini guru dikelompokkan sesuai kemampuannya. Guru dengan skor tinggi cukup mengikuti pembekalan wajib selama 4-10 jam. Sementara itu, yang meraih skor kurang akan mendapatkan lebih banyak jumlah jam pembekalan.


Selasa, Oktober 27, 2015

Ayo Mengecek Jadwal Uji Kompetensi Guru!

Mendekati waktu Uji Kompetensi Guru (UKG) tentunya alangkah lebih baik kalau Anda secepatnya memastikan kapan dan lokasi pelaksanaan UKG. Ada 2 cara untuk mengakses waktu pelaksanaan UKG.

Pertama, melalui laman http://gtk.kemdikbud.go.id/page/lembar-info-ptk-atau-lapor-tunjangan-dikdas
Berikut ini ialah langkah-langkah cek data untuk melihat Lembar Info PTK 
  1. Buka peramban dan ketik salah satu tautan aktif di bawah ini untuk menuju laman Lembar Info PTK
  1. Setelah salah satu lama info ptk di atas terbuka, maka untuk masuk ke dalam halaman verifikasi data guru/PTK caranya ialah sebagai berikut ini:
  2. Masukkan NUPTK sebagai UserID atau NRG (kalau Anda sudah mempunyai sertifikat pendidik).
  3. Masukkan tanggal lahir sebagai password dengan format penulisan YYYYMMDD di mana:
  4. i.YYYY= tahun lahir 4 digit
    ii.MM = bulan 2 digit
    iii.DD = tanggal lahir
    iv.Contoh:
    Tanggal lahir 10 januari 1968 maka cara menuliskannya ialah 1968011
  5.  Langkah selanjutnya ialah masukkan kode captcha yang berada di bawah password dengan benar
  6. Lakukan klik pada tombol “submit” kemudian silahkan tunggu laman verifikasi data termuat dengan sempurna
  7. Jika masih terdapat ketidaksesuaian data lembar info ptk dengan data asli maka lakukan pengecekan data di aplikasi dapodik, lakukan perbaikan data dan sync ulang/BSD.
Kedua, Anda dapat mengecek jadwal UKG Anda melalui laman http://sergur.kemdiknas.go.id/?pg=ukg15. Semoga Bermanfaat

Senin, Oktober 26, 2015

Info UKG Hari Ini

Kemarin dapat info dari grup Whatsapp. Belum tahu ini infonya benar atau hoax.

Mohon maaf...mohon untuk disebarkan dan diperhatikan......

Kepada seluruh sahabat yang berprofesi sebagai guru (termasuk kepsek dan pengawas sekolah) perlu kami informasikan hal-hal penting rencana pelaksanaan UKG 2015 sbb :
UKG 2015 akan dilaksanakn secara online dalam rentang waktu antara tgl 9 s.d. 27 Nov 2015 di tempat uji kompetensi guru (TUK G) kab/kota masing-masing

    UKG 2015 wajib diikuti oleh semua guru (kepsek n pengawas) serentak se-Indonesia, baik guru PNS maupun non-PNS yang sudah memiliki NUPTK dan atau terdaftar di Dapodik.
    UKG 2015 dilaksanakan dengan standar nilai minimal 5,5 bagi semua peserta n setiap tahun akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai nilai 8,0 di tahun 2018/2019.
    Mulai 2015 ini, hasil UKG akan dijadikan bahan pertimbangan utk pengambilan kebijakan yang berkaitan dgn kenaikan pangkat, promosi jabatan, kebutuhan diklat, dll.
    UKG 2015
    Terkait butir (3) di atas, hasil UKG akan dibedakan menjadi bbrapa level berdasarkan tabel nilai yg diperoleh. Misalnya: level 1 (utk nilai 1-10), level 2 (21-30), level 3 (31-40), dst.
    Untuk guru SD, soal UKG akan dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu soal untuk guru kelas bawah (1-3) dan soal untuk guru kelas tinggi (4-6). Sedangkan utk guru mapel (SMP, SMA, SMK) sesuai dengan mapel yg diampunya.
    Guru yg tdk mengikuti UKG mereka secara otomatis tidak terdaftar di Dapodik. Hal ini akan berdampak pada pembayaran tunjangan profesi maupun utk mengikuti sertifikasi guru.
   Semoga bermanfaat...
Petunjuk Pelaksanaan UKG 2015 (9-27 Nov) serentak se Indonesia utk semua guru sertifikasi maupun non sertifikasi, pns maupun non pns. File bs di download dan pelajari di link 
-https://drive.google.com/file/d/0B5cLyJPUomqXY0lmOWpuVC1QZjQ/view?pli=1
Penjaskes.pdf 
-https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QENm92U0x4YlEyRjg/view?usp=docslist_api
Sejarah.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEMzRHOHVQVHNiUXc/view?usp=docslist_api
KIMIA.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZFRIM25lcWNTUTg/view?usp=docslist_api
PKN.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QESjZnMWdhdjEyUk0/view?usp=docslist_api 
Ekonomi.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZUE2Y3Q0b2Fuc3c/view?usp=docslist_api 
Pedoman ukg.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEaXZoaTlsRF80NnM/view?usp=docslist_api
Bimbingan Konseling.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdTRfVG0wRWdudGM/view?usp=docslist_api 
Bahasa Inggris.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QELXItdlJVWnlJamM/view?usp=docslist_api
Fisika.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEQjVoaGNRd2Z2MTQ/view?usp=docslist_api 
Bahasa Indonesia.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEWUF4UFFLaDFwbzg/view?usp=docslist_api 
Geografi.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZDY0MUlsYWdqYjA/view?usp=docslist_api 
Antropologi.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEa2o1LVlJU1ZSWXc/view?usp=docslist_api 
Sosiologi.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdmRGMllVa1lZYTA/view?usp=docslist_api
Bahasa Jepang.pdf
 - https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZGpCOEpDUUhlUzQ/view?usp=docslist_api 
Matematika.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEU3BqMGZtZkhCdGs/view?usp=docslist_api 
Biologi.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEbXNzaGU0UnNySmM/view?usp=docslist_api 
Seni Rupa.pdf 
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdi1yc2hlN0d2RVE/view?usp=docslist_api

Minggu, Oktober 25, 2015

The Use of Popular Movie Clips in Learning of Human Excretion System

Gita Nurul Puspita
SMP Negeri 2 Cimahi

Abstract

Learning by using multimedia clasically, often cause students’ boredom because the program is controlled by the teacher. To solve this problem, i propose an alternative solution by inserting a popular inspirational movie clips. The movie has to match with the learning topic and will be packed in the form of PowerPoint slides. The objective of this study is to disclose the multimedia-based learning by inserting a popular movie to the students’ concept mastering in learning of  Excretion System. One class (46 students of 9th grade) were involved in this study. From the post test, it was found that students’ mean score reaches 82,89; with 85 % of students reaches Kriteria Ketuntasan Minimum (score 70). Based on   student responses in the questionnaire is also known that films showing increasing students’ enthuasiasm, students’ interest, helps students in learning and motivate them to achieve their future goals.

Keywords: Popular movie clips, concepts mastery, excretion system

PENDAHULUAN
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Karena itu profesionalisme guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang profesional dapat memanfaatkan kemajuan iptek dalam pendidikan.
Sebagai upaya memanfaatkan kemajuan iptek dalam pembelajaran, guru yang melek teknologi tentu tidak ragu untuk menggunakan komputer sebagai media pembelajaran. Dengan berbagai keistimewaan yang dimilikinya, komputer memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Dalam melaksanakan pembelajaran berbantuan komputer, minimnya jumlah perangkat komputer yang tersedia di sekolah sudah tidak terlalu menjadi kendala.  Guru dapat memanfaatkan LCD proyektor sebagai sebuah alat bantu tayang lebar di dalam kelas. Model pembelajaran demikian dinamakan model klasikal (selektif) (Kariadinata, 2009). Terlebih dengan keberadaan perangkat lunak presentasi seperti Microsoft Office PowerPoint penyajian materi ajar dapat semakin bervariasi.
Program Microsoft Office PowerPoint dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran karena kemampuannya menampilkan menu-menu yang berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu tersebut adalah menu animasi, menu untuk memasukkan (import file) suara, video, dan gambar animasi, serta menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan program Microsoft Office PowerPoint  tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan menjadi tutor (Soekisno, 2007).
Akan tetapi, pembelajaran dengan menggunakan multimedia yang dilakukan secara klasikal rentan sekali menimbulkan kebosanan belajar pada siswa karena program dikendalikan oleh guru. Jika siswa bosan, semangat belajarnya akan menurun.
Tentunya siswa menginginkan variasi dalam proses pembelajaran, sehingga belajar lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (Decentralized Basic Education, 2007). Salah satu upaya untuk memunculkan variasi dalam pembelajaran biologi ialah dengan menyisipkan cuplikan film populer  inspiratif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk slide PowerPoint.
Film populer yang dipilih berjudul Forrest Gump. Inilah film  yang banyak mengandung pesan moral juga berhasil meraih Oscar untuk berbagai kategori. Cerita yang sederhana, tentang kisah nyata Forrest Gump (tokoh dewasa diperankan oleh Tom Hanks), sang pemuda dengan IQ rendah. Kendati ia sering dicemooh atas kekurangannya tapi dia selalu berusaha keras dan menjadi orang terbaik di bidang yang dikuasainya. Forrest  menjadi pelari yang sangat cepat sehingga dia masuk ke dalam tim football Amerika dan menghantarkan tim tersebut memenangkan pertandingan dengan kemampuannya berlari cepat. Berkat didikan ibunya yang tidak mau menyerah dengan kondisi fisik Forrest yang cacat kaki dan kondisi mentalnya yang terbelakang, Forrest menjadi manusia yang tegar yang menganggap dirinya tidaklah berbeda dengan orang normal lainnya. Film ini ingin mengajarkan bahwa seorang yang ‘tidak sempurna’ dapat menghadapi kehidupan yang sulit dan melewatinya.
Dalam sebuah adegan, Forrest kecil dicemooh dan dilempari oleh teman-temannya. Atas desakan sahabatnya, untuk menyelamatkan diri, Forrest nekat berlari sekencang-kencangnya (gambar 1). Demikianlah cuplikan film berdurasi 2 menit 24 detik yang ditayangkan dalam pembelajaran.

Selain film Forrest Gump, film lainnya yang ditampilkan dalam pembelajaran adalah film animasi berdurasi pendek (4 menit 15 detik) berjudul Boundin'. Film ini bercerita mengenai domba yang terpaksa kehilangan rambutnya karena dicukur manusia. Ia merasa rendah diri dengan kulitnya yang tampak berwarna pink sehingga ia enggan lagi menari untuk menghibur teman-temannya. Namun berkat nasehat dari ‘kelinci bertanduk’ yang ditemuinya ia menjadi optimis, bahkan dapat menari dan meloncat lebih tinggi (gambar 2). Cuplikan film Forrest Gump dan  Boundin' kemudian dikaitkan dengan kerja paru-paru, kelenjar keringat, dan ginjal sebagai alat ekskresi pada manusia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di muka, maka dilakukan penelitian yang bertujuan mengkaji  pembelajaran berbasis multimedia dengan penyisipan film populer terhadap penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Ekskresi. Diharapkan melalui pembelajaran ini, penguasaan konsep siswa meningkat dan siswa dapat mengambil pesan moral dari cuplikan film yang akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.

METODOLOGI
Penelitian yang dilaksanakan di semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 ini  melibatkan siswa kelas IX sebanyak satu kelas, yang terdiri atas 46 siswa. Materi pelajaran dijabarkan dalam bentuk teks, gambar statis berbagai organ ekskresi pada manusia, serta cuplikan film Forrest Gump  (gambar 1) dan Boundin’ (gambar 2).

Gambar 1. Forrest Kecil Melarikan Diri Ketika Dikejar dan Dicemooh oleh Teman-temannya

Gambar 2. Meskipun Rambutnya Dicukur Paksa, Domba Pink Ternyata Mampu Meloncat Lebih Tinggi

Penayangan materi pelajaran dikemas dalam bentuk slide presentasi Powerpoint. Pembelajaran dilakukan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya berlangsung 80 menit.
Untuk mengukur penguasaan konsep siswa dilakukan tes akhir dengan menggunakan instrumen berupa soal objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Penyebaran angket juga dilakukan untuk menjaring respon siswa terhadap program multimedia yang ditayangkan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan hasil analisis statistika deskriptif penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi pada manusia.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Penguasaan Konsep Siswa
JUMLAH SUBJEK
NILAI MINIMUM
NILAI MAKSIMUM
RERATA NILAI
46
50
100
82,89

Selanjutnya data nilai siswa diklasifikasikan dan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Nilai Penguasaan Konsep Siswa
RENTANG NILAI
JUMLAH SISWA
PERSENTASE JUMLAH SISWA (%)
50-59
3
6,52
60-69
4
8,70
70-79
11
23,91
80-89
10
21,74
≥ 90
18
39,13


Kemudian masing-masing siswa, nilainya dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA (sebesar 70) lalu dihitung persentasenya.
Gambar 3. Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM dan Belum Mencapai KKM

Melalui tabel 1 diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum yang diperoleh siswa secara berturut-turut sebesar 50 dan 100 dengan rerata nilai sebesar 82,89. Sebanyak 85 % siswa berhasil mencapai KKM (gambar 3). Persentase tersebut melampaui kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh Depdiknas (2006 ­dalam MAN Insan Cendekia, 2006), yaitu sebesar 75 %. Mayoritas siswa (39,13 %) nilainya mencapai ≥ 90 (tabel 2).
Slameto (2003) mengemukakan ada dua faktor besar yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern di antaranya meliputi perhatian, minat, dan motivasi. Cuplikan film yang dibangun oleh gambar dan suara dengan dilengkapi aspek dinamis lebih mampu untuk menarik perhatian dan memotivasi siswa (Lowe, 2001). Pernyataan ini beralasan karena pada dasarnya manusia menyukai sesuatu yang dinamik dan bukannya statik (Suheri, 2006).
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar selalu menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007). Hasil analisis respon siswa pada angket turut mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan para ahli. Sejumlah 100 % siswa menyampaikan bahwa tayangan film telah berhasil membangkitkan minatnya mempelajari sistem ekskresi
Satu faktor intern lainnya adalah motivasi. Nasution (1986) dan Ena (2006) sepakat bahwa penggunaan berbagai bentuk media pembelajaran dapat memotivasi siswa. Motivasi yang tinggi sangat esensial dalam mewujudkan kondisi belajar yang baik (Nasution, 1986) sebab motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa (Hamalik, 2007). Banyak kemampuan siswa tidak berkembang dikarenakan tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik). Seluruh siswa (100 % siswa) mengungkapkan bahwa cuplikan film telah meningkatkan semangat mereka dalam mempelajari Sistem Ekskresi pada Manusia. Penggunaan tayangan film yang secara eksplisit menunjukkan aspek-aspek dinamis mampu membantu membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk melakukan eksplorasi.
Sebanyak 95,35 % siswa juga menuturkan bahwa cuplikan film membantu mereka dalam belajar dan memahami materi pelajaran. Belajar dengan menggunakan tayangan film memperkecil kemungkinan siswa merasa bosan mengkaji materi pelajaran. Demikian yang diungkapkan oleh 93,02 % siswa. Hal ini tercermin dari fokusnya siswa dalam belajar. Sebanyak 93,02 % siswa menyatakan cuplikan film membantu memfokuskan perhatian mereka dalam belajar.
Selain faktor intern, terdapat pula faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu metode dan alat ajar (Slameto, 2003). Kegiatan pembelajaran konsep sistem ekskresi dengan menyisipkan cuplikan film populer merupakan metode dan alat ajar yang baru diterapkan dalam pembelajaran biologi. Adanya variasi metode dan alat ajar membuat belajar lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (DBE, 2007).


Lebih lanjut lagi, 97,674 % siswa menyatakan kehidupan tokoh utama di film memotivasi mereka untuk semangat dan bekerja keras meraih cita-cita. Berikut petikan komentar yang diungkapkan siswa, di antaranya:






 




KESIMPULAN
Melalui pembelajaran berbasis multimedia dengan penyisipan cuplikan film populer, diperoleh  rerata nilai penguasaan konsep siswa mencapai 82,89 dimana nilai dari 85 %  siswa berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum. Pembelajaran demikian juga meningkatkan semangat dan minat siswa, membantu siswa belajar dan memotivasi siswa dalam mewujudkan cita-citanya.  

DAFTAR PUSTAKA
Decentralized Basic Education. (2007). Upaya yang Lebih Baik dalam Memotivasi Siswa untuk Belajar. [Online]. Tersedia: http://www.dbe-usaid.org [13 September 2009]
Ena, O. (2006). Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc [14 September 2007].
Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kariadinata, R. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multimedia. [Online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=83 [13 September 2009]
Lowe, R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].
Lowe, R(2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].

Sabtu, Oktober 24, 2015

Alert, UKG Sebentar Lagi! Ini Dia Latihan Soal Uji Kompetensi Guru 2015

Bulan November sebentar lagi. Ini tandanya tinggal 2 minggu lagi para guru menghadapi Uji Kompetensi Guru. Kompetensi guru dalam bidang pedagogik dan profesi tahun ini kembali diuji. Tentunya kita sebagai guru ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin, meskipun tahun ini pemerintah hanya menargetkan rata-rata nilai 55. Untuk mengecek jadwal pelaksanaan UKG, Anda dapat melihatnya di http://info.gtk.kemdikbud.go.id/.

Sebagai panduan belajar, berikut kisi-kisi UKG IPA tahun 2015
Beberapa blog telah mengunggah contoh soal latihan pedagogik. Saya mencoba menampilkannya di sini. Semoga bermanfaat.

Jumat, Oktober 23, 2015

RPP IPA Kurikulum 2013

Minggu lalu saya mengikuti Workshop Kurikulum 2013 (Kurtilas) di SMPN 1 Cimahi. Workshop dilaksanakan selama 2 hari dengan agenda sosialisasi pelaksanaan Kurtilas kepada 5 sekolah yang termasuk cluster 1 di lingkungan Kota Cimahi, yaitu SMP 1 sebagai sekolah induk pelaksana Kurtilas, SMP 3 sebagai sekolah sasaran, dan sekolah imbas (SMP 2, SMP 6, dan SMP 9). Salah satu kegiatan dari Workshop ini adalah menyusun RPP yang sesuai dengan Kurtilas.

Perbedaan yang mendasar dari Kurtilas dengan Kurikulum 2006 ialah penerapan pendekatan ilmiah (sientific approach), penilaian mencakup 3 ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Kompetensi Inti menggantikan Standar Kompetensi, tidak perlu mencantumkan tujuan pembelajaran (cukup indikator saja).

Berikut merupakan contoh RPP IPA yang telah saya susun. Semoga bermanfaat.


Dapat diunduh di sini.


Rabu, Oktober 21, 2015

The Implementation of Flipped Classroom in Genetics Substantive Matter to Overcome Slow Learner’s Problems

Cece Sutia1 and Gita Nurul Puspita2
1 SMAN 1 Sindangkerta
2 SMPN 2 Cimahi


ABSTRACT

The flipped classroom is a pedagogical model in which the typical lecture and homework elements of a course are reversed. This research has aim to disclose the implementation of flipped classroom to study Genetics Substantive  in SMAN 1 Sindangkerta year 2011/2012. One class (40 students of 12th grade) was involved in this study. Data were collected by using tests and motivation questionnaires. Based on descriptive statistical result, the student’s cognitive test categorized  as ‘good’ (Average Score = 79.85) in which 87.5 % of student reaches The Minimum Standard (KKM = 70) and student’s motivation  categorized as ‘good’ as well (3.10). It can be concluded that flipped classroom can overcome slow learner’s problems. According to this study, it is suggested to science teachers to use video or animation with Indonesian subtitle. Furthermore, it will be better if the teachers make their own video that is suitable for their students need.

Keywords: Flipped classroom, genetics substantive, slow learner, student’s motivation, 12th grade student

PENERAPAN FLIPPED LEARNING PADA MATERI SUBSTANSI GENETIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA YANG LAMBAT BELAJAR

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji penerapan flipped classroom pada materi Substansi Genetika di SMAN 1 Sindangkerta tahun pelajaran 2011/2012. Satu kelas (40 siswa kelas XII IPA) dilibatkan dalam penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes dan angket motivasi. Hasil analisis data melalui statistik deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tergolong kategori baik (dengan nilai rata-rata 79,85) dimana 87,5 % siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) dan motivasi belajar siswa tergolong kategori baik juga (3,10). Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerapan flipped classroom dapat mengatasi kesulitan siswa yang lambat belajar. Disarankan agar guru menggunakan video atau animasi yang berbahasa Indonesia untuk lebih mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak bahkan lebih baik jika guru membuat video pembelajaran sendiri sesuai karakteristik siswanya.




Kata kunci: flipped classroom, substansi genetika, hasil belajar, motivasi siswa, siswa kelas XII

1.       Pendahuluan
Mengajar di kelas dengan siswa yang heterogen dalam kemampuan berpikir menjadi tantangan tersendiri, khususnya ketika menghadapi siswa yang lambat belajar (slow learner) (Borah, 2013).  Shaw (2010) memaparkan bahwa anak slow learner sedikit berbeda dengan anak normal tapi saat di sekolah mereka lambat dalam memahami materi pelajaran. Mereka sulit memahami hal-hal yang abstrak juga mengalami kesulitan saat harus mentransfer atau menerapkan konsep yang diajarkan ke dalam situasi baru. Selain itu mereka mengalami hambatan dalam mengatur waktu belajar, sehingga seringkali terlambat dalam menyelesaikan tugas. Malik, Rehman, dan Hanif (2012) menambahkan hasil ulangan harian slow learner lebih rendah dari rata-rata yang biasanya mampu dicapai oleh teman-teman sebayanya.
Konsep substansi genetika merupakan salah satu konsep yang bersifat kompleks dan rumit. Hal ini dikarenakan materi tersebut berisi tentang kromosom, DNA dan RNA yang berukuran ultramikroskopik. Siswa slow learner memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat memahami proses-proses yang terjadi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dapat diterapkan model flipped classroom.
Menurut Educause (2012) flipped classroom merupakan suatu model pedagogik dimana waktu pelaksanaan kegiatan tatap muka di kelas dan pengerjaan tugas dibalik. Video singkat tentang materi pelajaran disimak oleh siswa di rumah sebelum mereka mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas dikhususkan untuk mengerjakan tugas-tugas berupa latihan, simulasi, proyek atau diskusi. Penggunaan video pelajaran menjadi karakteristik dalam flipped approach. Herreid dan Schiller (2013) memaparkan bahwa flipped approach dianggap menarik karena melibatkan penggunaan internet termasuk video dan audio yang dinarasikan oleh tokoh-tokoh yang berkompeten. Video ini dapat dibuat sendiri oleh guru kemudian diunggah secara online atau guru dapat memilih video yang sudah ada di channel Youtube.

2.      Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu kelas XII IPA SMAN 1 Sindangkerta tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 40 orang siswa. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan hasil rata-rata ulangan harian pada tahun 2011 di SMAN 1 Sindangkerta sebesar 73,60 dan yang lulus KKM hanya 62,50% (KKM = 70).
Sebelum kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk menyimak video animasi Substansi Genetika di Youtube Channel yang sudah ditentukan guru. Bagi siswa yang tidak memiliki akses internet di rumahnya, guru memberikan soft copy video tersebut agar siswa dapat melihatnya secara offline di rumah.  Durasi video tersebut tidak lebih dari 20 menit. Saat tatap muka di kelas siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai konsep-konsep yang telah dipelajari di rumah dan mendiskusikannya di kelas dengan bimbingan guru. Kemudian guru memberikan latihan soal untuk memperdalam pemahaman siswa.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data penelitian, yaitu: (1) hasil belajar siswa dikumpulkan menggunakan tes objektif (post-test), dan (2) motivasi belajar siswa dikumpulkan dengan teknik pemberian angket. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif.

3.      Hasil dan Pembahasan
Berikut merupakan hasil analisis statistika deskriptif untuk ketuntasan hasil belajar.
Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar

Keterangan

% Ketuntasan (KKM = 70)
Nilai Rata-Rata
Tuntas
Tidak Tuntas
Hasil belajar siswa
87,50
13,50
79,85

Selanjutnya angket motivasi siswa dianalisis dan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi Skor Angket Motivasi Belajar Siswa
Rata-rata skor
Rata-rata skor keseluruhan
Attention
Relevance
Confidence
Satisfaction
3.25
3,09
2,96
3,10
3,10

Berdasarkan Tabel. 1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi substansi genetika menunjukkan hasil yang memuaskan yaitu rata-ratanya 79,85 dengan tingkat ketuntasan mencapai 87,50%. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil tersebut tergolong kategori baik (Arikunto, 2010). Hasil ini lebih baik dari tahun sebelumnya  dengan rata-rata ulangan harian pada tahun 2011 di SMAN 1 Sindangkerta adalah 73,60 dan yang lulus KKM sebanyak 62,50%.
Materi Substansi Genetika dapat dikatakan tergolong rumit dan kompleks. Bahkan dapat dikatakan bersifat abstrak akibat ukurannya yang ultramikroskopis. Materi ini bersifat abstrak sehingga diperlukan penggambaran objek secara visual.
Media animasi hampir serupa dengan media gambar karena sama-sama bersifat media visual. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan O’Day (2006), penayangan animasi dilakukan secara personal yang diakses melalui situs internet sehingga siswa dapat menyimak secara lebih jelas dengan pemberian kontrol waktu penayangan. Ternyata hasilnya menunjukkan kelompok siswa yang menyimak animasi dengan waktu yang lebih lama mendapatkan nilai test yang lebih tinggi.
Penerapan flipped classroom memberikan keleluasaan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri sehingga slow learners memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengulang video pembelajaran sampai mereka lebih memahami konsep-konsep yang disajikan. Sebaliknya, pada kelas tradisional siswa berusaha sangat keras untuk memahami penjelasan yang disampaikan guru. Mereka jarang dapat meminta guru berhenti dan meminta guru untuk mengulangi penjelasannya. Apalagi slow learner cenderung tidak percaya diri ketika mengungkapkan ide (Reddy, Ramar, dan Kusuma, 2006 dalam Purwaningtyas, 2014).
Kegiatan tatap muka dengan guru yang diisi dengan pengerjaan tugas, diskusi kelas untuk pendalaman materi memberikan pandangan yang lebih baik kepada guru agar lebih mengenali gaya belajar siswanya. Penggunaan waktu belajar di kelas pun menjadi lebih efektif dan lebih kreatif (Herreid dan Schiller, 2013).
Melalui pembelajaran menggunakan media animasi, siswa belajar dengan menggunakan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dan memperhatikan suatu proses yang bergerak (simulasi proses) sehingga lebih mudah untuk memahami materi. Mayer (dalam O’Day, 2006) telah membuktikan bahwa siswa belajar lebih efektif bila ada penggabungan antara kata-kata dengan gambar secara audio-visual (efek multimedia) daripada hanya sekedar teks bacaan bahkan yang dilengkapi gambar (efek kedekatan spasial).  Hal ini dapat terjadi karena banyak organ sensori siswa yang aktif terlibat (Sugapriya dan Ramachandran, 2011)
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar selalu menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007).
Hasil yang didapat dari pengisian angket yaitu seluruh siswa mencapai kategori motivasi belajar yang baik dengan rata-rata skor keseluruhan 3,10 dari skor maksimal 4,00 (Tabel. 2). Ditinjau dari aspek motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction) menurut Keller (2006), secara umum seluruh aspek meraih kategori yang baik dengan rata-rata skor keseluruhan 3,25 untuk perhatian (attention), 3,09 untuk relevansi (relevance), 2,96 untuk percaya diri (confidence) dan 3,10 untuk aspek kepuasan (satisfaction) (Tabel 2). Ini berarti penggunaan media animasi dalam pembelajaran dapat membuat motivasi belajar siswa tinggi. Media animasi memang memiliki keunikan tersendiri dalam segi tampilan ditambah lagi dengan penayangannya secara audio visual.
Menurut Sanaky (2011) melalui sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi siswa untuk belajar. Berikut ini pembahasan lebih rinci mengenai rekapitulasi hasil perolehan skor untuk masing-masing aspek motivasi belajar dan pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil pengisian angket untuk pernyataan aspek perhatian menunjukkan kategori baik. Hal ini semakin menguatkan bahwa penggunaan media animasi sebagai media audio-visual dalam pembelajaran dapat memunculkan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Livie dan Lentz (1982) (dalam Sanaky, 2011) mengemukakan salah satu dari empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual adalah fungsi perhatian.
Fungsi perhatian berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Menurut Keller (2000), untuk tetap mempertahankan perhatian siswa perlu dibuat suatu upaya tertentu yang merangsang keingintahuan siswa terhadap hal tersebut. Menggunakan media animasi dalam pembelajaran dapat dijadikan salah satu strategi yang baik untuk meningkatkan perhatian siswa bila dilihat dari hasil yang didapat melalui pembelajaran yang telah dilakukan.
Hasil pengisian angket untuk pernyataan aspek relevansi menunjukkan kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa yakin bahwa pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan kebutuhan siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Menurut Keller (2000) walaupun rasa ingin tahu telah terbangun, motivasi belajar akan berkurang apabila isi dari pembelajaran tidak bernilai atau tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.
Hasil angket menyatakan bahwa terdapat kata-kata yang tidak dimengerti selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan Bahasa Inggris dalam media animasi yang digunakan.
Sejumlah siswa yang mengisi bagian essay pada angket motivasi belajar menyatakan kekurangan dari media animasi yang digunakan adalah bahasanya yang menggunakan bahasa Inggris serta tidak dilengkapi subtitle dalam bahasa Indonesia. Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanaky, 2011).
Pernyataan kategori percaya diri yang terdapat dalam angket motivasi memperoleh rata-rata skor siswa secara keseluruhan menunjukkan hasil yang paling rendah dibandingkan aspek yang lainnya. Namun dengan mayoritas siswa yang masih berada dalam kisaran kategori baik menunjukkan bahwa siswa memiliki percaya diri yang cukup tinggi untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Keller (2000), rasa percaya diri akan menguatkan siswa untuk memiliki harapan yang positif dalam meraih kesuksesan.
Hasil pengisian angket untuk pernyataan aspek kepuasan menunjukkan kategori baik. Menggunakan media animasi dalam pembelajaran membuat siswa merasa puas dengan proses belajar yang dilakukannya. Siswa merasa nyaman dan menikmati pembelajaran ketika penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan media animasi. Media animasi sebagai media audio-visual memiliki fungsi afektif yang dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar. Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar (Sanaky, 2011).

4.      Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerapan flipped classroom dapat mengatasi kesulitan siswa yang lambat belajar dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Disarankan agar guru menggunakan video atau animasi yang berbahasa Indonesia untuk lebih mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak bahkan lebih baik jika guru membuat media pembelajaran sendiri sesuai karakteristik siswanya.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Borah, R. R. (2013). Slow Learners: Role of Teachers and Guardians in Honing their Hidden Skills. Dalam International Journal of Educational Planning & Administration. [Online], Volume 3, Number 2, hal. 139-143. Tersedia: http://www.ripublication.com/ijepa/ijepav3n2_04.pdf   [5 Juli 2015)
Educause. (2012). Seven Things You Should Know About Flipped Classroom. [Online]. Tersedia: https://net.educause.edu/ir/library/pdf/eli7081.pdf  [28 Juni 2015]

Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herreid, C. F. dan Schiller, N. A. (2013). Case Studies and the Flipped Classroom. Dalam Journal of College Science Teaching. [Online], Vol. 42, No. 5., hal. 62-66. Tersedia: http://www.aacu.org/sites/default/files/files/PKAL_regional/CRWG-SPEE-REF-01.pdf [5 Juli 2015]

Keller, J. 2000. How to Integrate Learner Motivation Planning into Lesson Planning: The ARCS Model Approach. [Online]. Tersedia : http://www.arcsmodel.com. [9 September 2012].

Keller, J. 2006. What Is Motivational Design? [Online]. Tersedia: http://www.arcsmodel.com. [9 September 2012].

Malik, N. I., Rehman G., dan Hanif. R. (2012). Effect of Academic Interventions on the Developmental Skills of Slow Learners. Dalam Pakistan Journal of Psychological Research. [Online], Vol. 27, No. 1, hal. 135-151. Tersedia: http://search.proquest.com/pqrl/docview/1019967689/fulltextPDF/FA177B4B464C87PQ/3?accountid=158194 [28 Juni 2015]

O’Day, D. H. 2006. Animated Cell Biology: A Quick and Easy Method for Making Effective, High-Quality Teaching Animations. [online]. Tersedia: http://www.cellbiologyeducation.com. [12 Februari 2011].

Purwaningtyas, M. (2014). Strategi Pembelajaran Anak Lamban Belajar (Slow Learners) di Sekolah Inklusi SD Negeri Giwangan Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/14353/1/SKRIPSI.pdf  [28 Juni 2015]

Sanaky, H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Kaukaba.

Shaw, R. S. (2010). Rescuing Students From the Slow Learner Trap. Dalam Principal Leadership. [Online], Februari 2010, hal. 12-16. Tersedia: http://www.nasponline.org/resources/principals/Slow_Learners_Feb10_NASSP.pdf [6 Juli 2015]

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


Sugapriya, G. dan Ramachandran, C. (2011). Assessing Visual Memory in Slow Learners by Teaching with Computer Animated Models. Dalam International Journal of Biological and Medical Research. [Online], Vol. 2(4), hal. 946 – 949. Tersedia: www.biomedscidirect.com  [28 Juni 2015]