Senin, Juli 26, 2010

Perlukah Pendidikan Seks untuk Anak?

Ditunjuknya pengacara kondang Hotman Paris Hutapea sebagai kuasa hukum Cut Tari membuat kasus video porno yang diduga diperankan oleh Ariel, Luna Maya dan Cut Tari terus bergulir panas dan entah sampai kapan berakhir. Hebohnya kasus ini sangat menarik perhatian masyarakat dan berdampak besar bagi anak-anak yang mengidolakan ketiga artis itu.

Betapa mirisnya mengetahui bahwa semakin banyak anak Indonesia yang melakukan pelecehan, pemerkosaan dan menjadi korban seksual seiring bergulirnya kasus tersebut. Ketua KPAI Hadi Supeno mengungkapkan dari tanggal 14 Juni-23 Juni KPAI menerima laporan 33 anak yang diperkosa berumur antara 4-12 tahun. Para pelaku yang berusia 16-18 tahun, mengaku sebelum memperkosa, mereka menonton video Ariel. Seluruh pelaku yang tertangkap polisi mengaku terangsang setelah menyaksikan tayangan seks Ariel (www.kpai.go.id). Kita sebagai masyarakat hanya bisa berharap agar para pelaku dan penyebar video porno ditangkap dan dijatuhi hukuman seberat-beratnya agar memberikan efek jera dan menjadi pembelajaran bagi masyarakat.

Peristiwa ini tak pelak memunculkan serangkaian pertanyaan. Bagaimana masa depan generasi muda Indonesia? Mengapa mereka dapat dengan mudah terprovokasi oleh tayangan porno? Perlukah pendidikan seks diberikan kepada anak?

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh kepada Antara (www.antaranews.com) menyatakan ketidaksetujuannya dengan keinginan sejumlah pihak agar diberikan pendidikan seks di sekolah kepada murid terkait dengan maraknya peredaran film porno yang diduga dilakukan oleh sejumlah artis. Dalam pandangannya, pendidikan seks tidak perlu menjadi salah satu kurikulum di sekolah karena seks bisa tumbuh dan muncul secara alamiah tanpa harus diajarkan.

Anda dapat sepakat atau berbeda pandangan dengan beliau. Namun yang tidak dapat dipungkiri, masa remaja adalah masa dimana seseorang memiliki keingintahuan yang besar mengenai seks. Di Indonesia, kata seks menjadi kata yang paling populer dicari melalui mesin pencari informasi Google. Oleh karena masih banyaknya orang yang menganggap seks tabu untuk dibicarakan kepada anak, maka anak berinisiatif mencari tahu sendiri melalui berbagai sumber informasi yang tak jarang keliru untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Akibatnya, jika tidak mendapatkan informasi mengenai seks yang sepatutnya mereka akan terpengaruh oleh mitos-mitos yang tidak benar tentang seks.

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah (http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/258-pendidikan-seks-anak.html). Angka yang memprihatinkan di negeri yang cukup menjunjung tinggi nilai moral dan menganggap tabu dalam membicarakan seks. Dengan demikian, kiranya perlu dipertimbangkan agar pendidikan seks diberikan kepada anak oleh pihak yang berkompeten seperti orang tua, guru dan praktisi kesehatan.

Pendidikan Seks oleh Orang Tua
Mengapa orang tua ditempatkan pada urutan pertama sebagai pihak yang paling bertanggung jawab memberikan pendidikan seks kepada anak? Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Prof. Dr. Nuryani Rustaman, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, menghimbau orang tua hendaknya memberikan pendidikan seks sejak balita, sejak anak dapat mengenali alat kelamin dirinya.

Maraknya kekerasan dan pelecehan seksual kepada anak di bawah umur dimungkinkan terjadi karena kurangnya pengetahuan anak untuk menjaga organ seks miliknya dari jangkauan orang lain. Pada usia balita anak dikenalkan dengan berbagai organ tubuhnya termasuk penis dan vagina. Organ tersebut harus dijaga dan dirawat kebersihannya dengan mencontohkan kepada anak bagaimana cara memeliharanya. Lalu jelaskan perbedaan alat kelamin yang dimiliki lawan jenisnya. Beritahu anak untuk tidak mempertontonkan organ seksnya di hadapan umum dan tekankan bahwa jangan sampai anak membiarkan organ kelaminnya disentuh oleh orang lain selain orang tuanya. Bila hal itu terjadi, katakan padanya agar berteriak sekeras-kerasnya dan melaporkan pada orang tua (http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/258-pendidikan-seks-anak.html).

Ketika anak sudah berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya mengenai asal-usul bayi, orang tua tinggal menjawabnya secara sederhana bahwa bayi berasal dari benih yang diberikan ayah kepada ibu. Ayah memberikan benih melalui penis ke vagina ibu. Inilah yang disebut hubungan seksual dan hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri.

Saat pola pikir anak semakin berkembang menjelang akil baligh, waktu yang tepat bagi orang tua untuk mengenalkan haid (menstruasi), mimpi basah dan perubahan fisik serta emosional anak ketika pubertas. Orang tua dapat menjelaskan bahwa anak perempuan akan mengalami haid yang ditandai dengan keluarnya darah dari vagina yang disertai dengan perubahan bentuk tubuh dan tumbuhnya payudara serta rambut-rambut halus di tempat-tempat tertentu. Sedangkan pada anak laki-laki masa pubertas ditandai dengan keluarnya cairan kental dari penis yang disebut cairan mani. Muncul jakun dan rambut-rambut halus di tempat tertentu disertai pula perubahan suara. Pada usia demikian, biasanya anak-anak merasa bingung, malu dan tidak percaya diri dengan perubahan dirinya. Karena itulah orang tua berperan besar untuk menenangkan dan memberikan pengetahuan-pengetahuan yang tepat. Informasikan juga kepada anak bahwa bila ia sudah mengalami pubertas, maka secara biologis ia sudah dapat menjadi ayah atau ibu. Oleh karena itu ia harus lebih berhati-hati menjaga organ seksualnya secara bertanggung jawab. Ajak anak untuk berdiskusi mengenai akibat pergaulan bebas dan penyakit seksual yang mungkin terjadi jika anak tidak bertanggung jawab dengan organ seksualnya. Terangkan sanksi agama dan sanksi sosial yang diberikan bila seseorang hamil di luar nikah, menikah karena 'kecelakaan', aborsi atau bahkan mengidap penyakit menular seksual yang mematikan.

Pendidikan Seks di Sekolah
Dengan dimulainya pendidikan seks sejak dini oleh orang tua, maka guru di sekolah tinggal memberikan penekanan-penekanan penting sesuai kurikulum yang berlaku. Pemerintah tidak perlu memunculkan kurikulum yang baru untuk merespon permintaan dari berbagai kalangan yang menghendaki diberikannya pendidikan seks di sekolah karena sebenarnya pendidikan seks dapat disampaikan dalam pembelajaran biologi khususnya materi sistem reproduksi pada manusia. Kurikulum di Indonesia yang bersifat spiral, memungkinkan materi yang dipelajari di Sekolah Dasar diulas secara lebih mendalam di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Atas sehingga pembelajaran materi Sistem Reproduksi Manusia berjalan berkesinambungan.

Guru tidak perlu malu ataupun sungkan mengajak siswa berdiskusi di kelas, justru guru harus dapat memanfaatkan kesempatan ini agar siswa dapat memperoleh pengetahuan yang benar dari sumber yang tepat. Ajak siswa untuk menggali informasi mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi, karena fungsi organ pasti berkaitan dengan strukturnya. Strategi pembelajaran yang demikian menghindarkan siswa untuk sekedar menghapal akan tetapi membuat siswa memahami dan memaknai materi yang dipelajari. Minta siswa untuk mengemukakan cara perawatan organ reproduksi yang sangat penting bagi kelangsungan masa depan mereka. Libatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif atau kooperatif dalam rangka mengkaji kesehatan reproduksi terutama yang berkenaan dengan penyakit menular seksual dan kehamilan di luar nikah. Kepekaan siswa terhadap fenomena aktual di masyarakat dapat diasah dengan mengangkat isu-isu hangat yang beredar seperti pengaruh video/film porno, aborsi, kekerasan dan pelecehan seksual. Pembelajaran yang demikian tidak hanya dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, tapi juga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa yang merupakan salah satu jenis keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Sabtu, Juli 24, 2010

Organisasi Kehidupan

Silakan klik di sini.

Seleksi Alam

Silakan klik di sini.

Reproduksi Tumbuhan dan Hewan

Silakan klik di sini.

Pewarisan Sifat

Silakan klik di sini.

Sistem Koordinasi dan Alat Indra Manusia

Silakan klik di sini.

Sistem Eksresi Manusia

Silakan klik di sini.

Sistem Reproduksi Manusia

Silakan klik di sini.

Materi Pembelajaran Pewarisan Sifat

Silakan klik di sini dan di sini.

Materi Pembelajaran Pengelolaan Lingkungan dan Kependudukan

Silakan klik di sini

Kamis, Juli 22, 2010

Menerapkan Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran Konsep Jaringan Tumbuhan

Kegiatan pembelajaran IPA semester ini diawali dengan mempelajari materi pokok JARINGAN TUMBUHAN dengan dasar pemikiran bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang jaringan penyusun tubuh mahluk bersel banyak di kelas VII, yaitu materi pokok ORGANISASI KEHIDUPAN. Pada pertemuan I, kegiatan pembelajaran diawali dengan memfokuskan perhatian dan melakukan apersepsi melalui pertanyaan-pertanyaan pemandu yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa. Kegiatan ini tidak dapat dilewatkan karena pembelajaran yang dilakukan dilandasi oleh filosofi konstruktivisme dimana siswa bukanlah kertas kosong, akan tetapi siswa sudah memiliki skemata atau pengetahuan awal yang ia peroleh dari pengalaman hidup sebelumnya. Tugas guru adalah memfasilitasi mereka belajar dan memotivasi mereka untuk dapat meraih standar yang tinggi. Oleh karena itu saya selalu menerapkan penilaian autentik dalam setiap kali pembelajaran. Untuk siswa yang berani menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan diberikan bonus nilai. Nilai ini saya catat dan dianggap sebagai tabungan nilai siswa tersebut.

Pada kegiatan inti dilakukan diskusi kelas mengenai jaringan utama penyusun tumbuhan, yaitu jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan meristem, jaringan pengangkut (xilem dan floem), jaringan penguat (kolenkim dan sklerenkim). Melalui diskusi kelas dilakukan eksplorasi mengenai ciri-ciri dan fungsi setiap jaringan.

Selepas kegiatan inti dilanjutkan dengan refleksi dan penguatan. Untuk mengecek kebenaran pembentukan pengetahuan oleh siswa, maka perlu kiranya guru memberikan tes. Tes tidak mesti dilakukan secara tertulis namun melalui tes lisan dapta juga diketahui sejauh mana siswa membangun pengetahuannya. Diinformasikan juga kepada siswa untuk membawa alat praktikum yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya besok.

Kegiatan praktikum yang dilaksanakan dirancang untuk dapat menjawab rumusan masalah, yaitu "Bagaimanakah jaringan-jaringan yang menyusun organ daun, akar dan batang?" Siswa harus diajak untuk menyadari bahwa mereka akan melaksanakan kegiatan ilmiah yang diawali dengan penentuan rumusan masalah. Bila siswa masih belum terbiasa menentukan rumusan masalahnya sendiri, maka tidak masalah jika guru yang mengajukan rumusan masalahnya kepada siswa. Selanjutnya adalah penentuan alat dan bahan serta langkah kerja. Meskipun siswa telah diberikan LKS, namun tidak jarang mereka lupa untuk membaca atau bahkan telah membaca namun mereka lupa. Karena itu guru perlu mengajak siswa untuk menyimak langkah kerja agar siswa benar-benar memahami aktivitas yang mereka laksanakan sehingga mereka secara sadar membangun pengetahuannya sendiri.

Observasi preparat sayatan melintang daun Ficus dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Bersama dengan teman sekelompoknya mereka mengamati sayatan daun dan mengamati gambar sayatan melintang akar dan batang monokotil-dikotil. Sungguh disayangkan, miksroskop yang masih berfungsi dengan baik hanya ada 6 buah, setiap kelompok memperoleh satu buah mikroskop saja. Mereka harus menentukan giliran siapa saja yang mengamati terlebih dulu dan menggambar hasil pengamatan. Sementara teman yang lain mengamati gambar sayatan melintang akar dan batang serta menganalisis hasil pengamatan. Sementara siswa melakukan praktikum, guru berkeliling untuk membantu siswa dan melaksanakan penilaian kinerja.Untuk mengetahui Format Lembar Kerja Siswa pada Praktikum Jaringan Tumbuhan, silakan klik di sini.

Melakukan Pengamatan di Tempat Terang

Mengamati Sayatan Daun dan Menggambarnya

Bergantian Menggunakan Mikroskop

Mengamati Gambar Sayatan Akar dan Daun

Melakukan Analisis dengan Menjawab Pertanyaan

Bila jumlah mikroskop yang tersedia memadai dan siswa sudah terbiasa menggunakan mikroskop, maka waktu praktikum dapat berlangsung sekira satu jam pelajaran (40 menit), 40 menit yang tersisa dapat digunakan untuk diskusi. Pada kenyataannya, kami tidak dapat memenuhi waktu tersebut, sehingga terpaksa kegiatan diskusi ditunda pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan berikutnya, salah satu kelompok yang dipilih, mempresentasikan hasil pengamatannya sedangkan siswa lain menjadi audiens yang menyimak presentasi dengan cermat. Kelompok presenter dalam menyajikan paparannya dibantu dengan tayangan slide PowerPoint supaya poin-pon penjelasannya dapat diamati oleh seluruh siswa di kelas.

Selepas presentasi, sesi diskusi dibuka bagi audiens yang ingin mengemukakan pertanyaan kepada kelompok presenter. Diharapkan melalui sesi diskusi ini siswa dapat menggali informasi lebih banyak mengenai jaringan penyusun daun, akar dan batang. Mereka diberikan kesempatan untuk mengkritisi hasil pengamatan kelompok penyaji sehingga dapat diperoleh informasi yang benar. Di sini, kelompok presenter bukan menjadi satu-satunya pemberi informasi, siswa yang menjadi audiens pun berkesempatan untuk mengungkapkan apa yang diketahuinya. Bagaimana peran guru? Di akhir sesi diskusi guru memberi penguatan pada informasi yang benar dan meluruskan informasi yang kurang tepat agar para siswa di akhir pembelajaran dapat membangun informasi yang benar di dalam otaknya.

Suasana presentasi dan diskusi kelas dapat dilihat pada galeri foto di bawah ini.

Penyajian Presentasi di Kelas VIII-9
oleh Zaenul, Arie, Andrean, Rezza, dan Pandu

Penyajian Presentasi di Kelas VIII-10
oleh Ika, Marelda,
Wanda, Ulfah, Gaby, dan Dita


Sesi Diskusi

Materi Pembelajaran Jaringan Tumbuhan

Untuk siswa yang ingin mendapatkan file pembelajaran materi Jaringan Tumbuhan, silakan untuk mengunduh filenya. Klik di sini

Selasa, Juli 13, 2010

Memori di 9th Life Science Symposium, Anglo-Chinese School (Independent), Singapore

Dalam Standar Isi Kurikulum IPA 2006 (Depdiknas, 2006) dinyatakan bahwa pendidikan IPA di SMP/MTs diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA ditekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses ilmiah.

Cain dan Evans (Rustaman et al., 2003) menuturkan bahwa sains (IPA) memiliki empat dimensi, yaitu proses atau metode, konten atau produk, sikap, dan teknologi. Sains sebagai proses atau metode mempunyai arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.

Dewasa ini, siswa yang telah belajar konsep-konsep sains perlu didorong untuk menggunakan dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya untuk menghasilkan teknologi dan menjelaskan fenomena/peristiwa-peristiwa alam yang dijumpai. Siswa perlu dilatih agar dapat menghasilkan teknologi, berkreasi dan melakukan inovasi yang berguna bagi masyarakat. Dengan demikian sains tidak hanya dipahami sebagai suatu kesatuan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Hoolbrool (Poedjiadi, 2005) mengemukakan bahwa sains sebaiknya tidak hanya dipandang sebagai ilmu murni akan tetapi sebagai mata pelajaran yang dapat diterapkan.

Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam menghasilkan teknologi, dimana siswa ditantang untuk menciptakan produk yang berguna dari berbagai macam barang sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan. Salah satu wadah yang dianggap tepat adalah dengan menyertakan produk hasil kreasi siswa dalam suatu kompetisi.

Dengan mengikuti kompetisi siswa memperoleh banyak manfaat. Selain dapat mempublikasikan produk ciptaannya kepada khalayak, siswa juga dapat mengukur sejauh mana manfaat produk ciptaannya bagi masyarakat. Siswa pun dapat dengan segera mengetahui respon langsung publik terhadap produk yang dihasilkannya.

Salah satu kompetisi yang tepat bagi siswa untuk mengukur kualitas dan inovasi produk buatannya adalah 9th Life Sciences Symposium yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan di Singapura, yaitu Anglo-Chinese School (Independent) mulai tanggal 27 Februari 2010 – 4 Maret 2010. Perlombaan ini secara rutin diselenggarakan setahun sekali dan diikuti oleh siswa-siswa dari berbagai negara di dunia. Siswa yang mengikuti kompetisi ini ditantang untuk merancang suatu eksperimen menggunakan makanan dan peralatan dapur untuk mendemonstrasikan prinsip-prinsip ilmiah dengan cara yang inovatif. Oleh sebab itu, kegiatan ini perlu diapresiasi karena merupakan kesempatan emas bagi siswa Indonesia untuk belajar mengenai berbagai macam produk sains yang dihasilkan para ilmuwan di dunia sehingga mereka dapat turut serta dalam mewujudkan dunia yang lebih baik. Selain itu, tujuan jangka panjang kami mengikuti kompetisi ini adalah untuk membuka kesempatan bagi seluruh siswa SMPN 2 Cimahi untuk memperoleh beasiswa pendidikan bersekolah di Anglo-Chinese School (ACS) tahun depan.

Kabarnya untuk sekolah peserta kompetisi, pihak ACS akan mengundang siswa-siswa di sekolah tersebut untuk mengikuti tes seleksi masuk ACS pada tahun berikutnya. Jadi, dengan keikutsertaan kami di tahun ini kami berharap tahun depan (2011) siswa-siswa kelas IX di sekolah kami dapat berjuang untuk memperoleh beasiswa melanjutkan pendidikannya di ACS (yang setingkat SMA).

SMPN 2 Cimahi merupakan satu-satunya sekolah pertama dari Kota Cimahi yang berkesempatan untuk mengikuti kompetisi sains menarik ini. Untuk itu perlu kiranya ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya dihaturkan kepada Bapak Walikota Cimahi (Ir. H. Itoch Tochija, M. M.) dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi (Drs. Djoko Santoso, M. M.) beserta jajarannya yang telah memberikan dukungan.

Tim dari SMPN 2 Cimahi beranggotakan empat orang siswa (Rahmi Rahmania, Nafisah Hidayatul Mahmudah, Rani Ida Sugatri, dan Melinda Ayu Adzani) dibantu oleh dua orang guru pembimbing (Gita Nurul Puspita, M. Pd. dan Amalia Rahisadewi, S. Pd.). Tema yang diajukan berupa CUTTER MACHINE mini yang berbahan dasar dari peralatan dapur seperti wajan dan panci bekas yang dipipihkan lalu digunting zigzag sehingga ujung-ujungnya tajam. Untuk menggerakkan mesin digunakan dinamo yang dihubungkan dengan dua batu baterai sebagai sumber energi. Kami sengaja mengangkat tema ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, biasanya peralatan bekas yang sudah rusak cenderung tidak dipakai dan dibuang. Kedua, mengurangi sampah dapur. Ketiga, mesin ini dapat dipakai untuk memotong berbagai macam benda, misalnya kertas, sayuran, buah-buahan, plastik, karet, dan lain-lain. Dengan kata lain kami ingin menciptakan sebuah alat dari dan untuk keperluan dapur.

Hari Jumat malam (26 Februari 2010) kami terbang dari Soekarno-Hatta dengan menggunakan Lion Air. Tiba di Changi sekira pukul 23.50 waktu setempat, kami langsung dijemput oleh guru Anglo-Chinese School (ACS), Mr. R. Devendran dan Mr. See Boon Tiam. Saya sempat bercakap-cakap dengan Mr. Devendran. Dari postur tubuhnya, dapat dipastikan beliau adalah warga Singapura keturunan Tamil. Sosoknya cukup bersahabat, ternyata beliau adalah guru di Departemen Fisika ACS. Saya kemukakan bahwa ini adalah kali pertama kami mengikuti kompetisi yang diselenggarakan di ACS sehingga kami masih perlu banyak bertanya. Lantas beliau menyampaikan tahun ini kompetisi diikuti oleh 27 tim peserta dari enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Vietnam, China, India, dan Meksiko. Tahun ini tidak ada peserta dari Selandia Baru.

Kami tidak langsung diantar ke hotel. Kami dipersilakan istrirahat sejenak di Changi sambil menunggu tibanya delegasi dari Meksiko. Lima belas menit kemudian, delegasi Meksiko yang diwakili oleh COLEGIO CAROL BAUR AZTLAN, COLEGIO CAROL BAUR (keduanya adalah sekolah yang setara dengan SMP di Indonesia) dan COLEGIO CAROL BAUR ARDILLAS (setingkat dengan SD) tiba, semuanya berjumlah 12 siswa dengan tiga guru pembimbing. Sejenak kami tertegun seolah-olah bertemu dengan aktris telenovela (:-D). Sandra Olavarrieta Maldonado, Ana Laura Rivero Borrel dan Sandra Maldonado Baur menyapa kami ramah dan menjabat erat tangan kami meskipun masih tampak gurat-gurat kelelahan setelah menempuh perjalanan pesawat selama 24 jam.

Dengan menggunakan bis yang disediakan ACS kami diantarkan ke penginapan, Hotel Royal di Newton Road. Selama di perjalanan beberapa siswa Meksiko menanyakan mengapa sebagian dari kami ada yang menggunakan kain penutup kepala dan ada yang tidak. Nampaknya mereka keheranan dengan jilbab yang dikenakan kami namun bingung karena tidak semua siswa kami memakainya. Lalu rekan saya menjelaskan bahwa tidak semua perempuan Indonesia berjilbab.


Hari Pertama (27 Februari 2010)
Sampai di hotel sekira pukul 00.30 kami dipersilahkan menuju kamar untuk beristirahat karena pagi pukul 06.00 kami harus mengikuti sarapan bersama-sama di restoran hotel dan dilanjutkan dengan briefing oleh panitia. Pertama kali kami berada di dalam restoran, kami begitu takjub dengan puluhan hidangan yang tersedia, makanan dan minuman, dan semua FREE! Semuanya lengkap. Ada menu khas Eropa, khas Cina, khas Asia dan tentu saja khas Indonesia, NASI GORENG. Menu inilah yang selalu menghampiri lidah saya setiap pagi selama di sana :-). Dengan tak lupa mengucapkan basmallah sebagai bentuk ijtihad saya sebelum menyantap makanan yang tidak bisa saya pastikan halal-tidaknya.

Kami bergegas menuju lobi hotel untuk menerima briefing dari panitia. Peserta dibagi menjadi enam kelompok besar sesuai dengan bis yang digunakan. Kami bersama dengan tim dari SD Santa Ursula Bandung, Faith Academy India, dan Colegio Baur Aztlan mendapatkan bis B2.

Pukul 09.00 kami tiba di Vivo City. Di sana kami diperkenalkan dengan Leader Officer (LO) kami, seorang siswa ACS yang berasal dari Indonesia. Namanya Ray Grimaldi. Ray berkisah, ketika sekolah di SMP BPK Penabur Bandung, dia mengikuti serangkaian tes untuk mendapatkan beasiswa sekolah di ACS meliputi tes matematika, bahasa Inggris dan psikotes. Menurutnya tidak sulit melalui semua tes itu, tapi tentu saja saya tidak sepakat. Tak mungkin ACS memberikan tes yang mudah dalam memberikan beasiswa pada siswa dari luar negeri. Hanya karena kecemerlangan otaknyalah dia bisa diterima di ACS.

Selanjutnya Ray bertutur, tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan bersekolah di ACS karena tumpukan tugas proyek yang begitu banyak dan sebagai siswa dari luar Singapura dia harus mengikuti kelas persamaan selama satu tahun sebelum lanjut ke grade 10. Lantas saya bertanya, bagaimana dia bisa meluangkan waktunya bersama kami sementara dia harus berkonsentrasi sekolah? Ray menjawab, semua tugas sudah dia selesaikan. Meskipun dalam melaksanakan tugasnya sebagai LO dia tidak dibayar (berbeda halnya dengan kegiatan yang sama di tahun kemarin), tapi dia merasa senang dapat bertemu dengan teman-teman dari negaranya, layaknya bertemu dengan saudaranya sendiri. What a kind, Ray.

Menunggu di Vivo City
Kami beranjak dari Vivo City menuju Santosa Island dengan menggunakan ketera, yang beranekaragam desainnya. Inilah kali pertama kami menggunakan alat transportasi berupa monorel. Pukul 10.00 kami sampai di Singapore Nature Discovery. Di sana kami menjelajah berbagai objek wisata alam yang dapat memenuhi keingintahuan kami terhadap berbagai burung, insekta, dan hewan liar lainnya. Two tumbs up untuk Singapura yang berhasil menyulap suatu pulau yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan keadaan aslinya di alam. Mereka tidak segan mendatangkan tumbuhan maupun hewan langka dari negara lain untuk dipamerkan di negaranya demi menarik wisatawan mancanegara. Konsep edukasi dikombinasikan dengan entertainment dan teknologi, sehingga turis tidak merasa bosan mengamati koleksi tumbuhan dan hewan yang dimiliki.

Kita dapat berdiri dan menyusuri canopy rails serasa terbang di antara pepohonan yang menjulang. Sejauh mata memandang tampak rerimbunan pepohonan dan keindahan pulau Santosa dari kejauhan.
Santosa Dilihat dari Canopy Rail

Pameran burung dan insekta langka dikemas menarik. Deskripsi mengenai hewan-hewan tersebut dikemas dalam bentuk detective game dan tampilan yang sangat eye catching. Kita juga juga dapat langsung mendengar suara asli hewan dengan hanya menekan satu tombol yang tersedia di mesin informasi.
Galeri Satwa

Deskripsi Satwa Langka

Sambil beristirahat setelah menyusuri perjalanan yang cukup melelahkan (tapi menyenangkan) kami disuguhkan dengan tayangan film dokumenter satwa-satwa langka.
Menyaksikan Film Dokumenter

Pada sesi Free and Easy kami menuju Palawan Beach untuk lunch. Dengan bantuan Ray kami memesan makanan mie yang terjamin kehalalannya seharga S$ 10. Wow, ini memang mie termahal yang pernah kami santap tapi ukuran porsinya cukup membuat mata terbelalak dan terbahak-bahak. Benar-benar big size untuk perut kami. Ini pelajaran moral pertama yang kami peroleh selama di Singapura. Jangan pernah memesan mie satu porsi seharga S$ 10 untuk dua orang wanita dewasa.

Setelah makan kami memutuskan langsung kembali saja ke hotel, mengingat kondisi kaki yang lumayan mengkhawatirkan. Sambil menunggu kereta lewat kami mencoba mencicipi air minum yang mengalir melalui keran. Tiba-tiba sepasang suami-istri bule yang memangku bayinya lewat. Cute sekali. Kami langsung saja menghampiri mereka untuk dapat berkenalan dan menggendong Telmo. Si cute baby. Bu Amel, rekan saya, begitu sangat menyukai Telmo sampai ia meminta agar ia difoto bersama Telmo.
The Cute, Telmo
Kami melalui rute yang sama untuk kembali ke Vivo City. Dari Vivo City kami tidak dijemput oleh bis sekolah tapi harus menggunakan transportasi umum. Kami putuskan untuk melangkahkan kaki ke Harbour Front MRT Station daripada menggunakan bis umum, karena dengan menggunakan MRT-lah kami bisa segera tiba di hotel.

Sedikit saya ingin mengulas berbagai alat transportasi di Singapura. Meskipun Singapura merupakan negara yang tidak luas, namun mereka disiplin dalam berlalu lintas. Berbeda dengan jalanan di Bandung yang semakin hari semakin macet saja, di Singapura para pemakai jalan begitu tertib dan saling menghormati. Jarang saya temui kendaraan pribadi yang sudah berumur, mayoritas keluaran terbaru. Kabarnya pajak kendaraan di sana sangat mahal dan usia kendaraan sangat dibatasi. Barangkali pemerintah Singapura sangat aware dengan isu pencemaran udara. Angkat topi untuk warga Singapura yang senantiasa menjaga kebersihan jalanan. Sulit rasanya menemukan sampah bertebaran. Para pendatang pun harus mau mematuhi peraturan jika tidak ingin dikenai denda yang selangit. Jadi, kalau penasaran ingin melihat sampah, tengoklah tempat sampah.

Bagaimana dengan angkutan umum? Taxi memang tidak begitu sulit ditemui, akan tetapi pada jam-jam sibuk (karyawan masuk atau kpulang dari kantor) rasanya sulit mendapatkan taxi yang kosong. Kebanyakan sudah terisi atau sudah dipesan. Tarif taxi juga tidak murah kendati disesuaikan dengan dekat-jauhnya jarak tempuh. Bis tersedia dengan berbagai jurusan. Berbeda dengan di Indonesia, bis selalu tepat berhenti di shelter. Jangan harap kita akan dilayani oleh kondektur karena pembayaran dilakukan dengan memasukkan uang ke dalam mesin yang berada tepat di belakang supir. Ini adalah satu bentuk efisiensi kehidupan di Singapura. Berikutnya ialah MRT, (Mass Rapid Transportation), kereta bawah tanah. Ini adalah alat transportasi yang paling murah dan populer karena MRT melayani ke seluruh penjuru Singapura. Dengan menggunakan MRT waktu perjalanan dapat dihemat karena dijamin tidak akan terjebak kemacetan. Setiap lima menit akan tiba MRT dengan jurusan yang sama. Tips saya untuk para pendatang, selalu bawa peta jurusan MRT kemanapun Anda pergi. Sistem angkutan MRT pasti diadopsi dari Inggris. Bila direnungkan, sungguh canggih sekali pemerintah Inggris menata pulau Singapura. Di atas tanah ditempati gedung, di bawah tanah digunakan untuk MRT. Sungguh efisien dalam memanfaatkan sedikit luas wilayah. Karena itu jangan heran kalau untuk menuju MRT Station kita harus memasuki mall terlebih dulu.

Teriknya matahari dan panasnya suhu lingkungan tidak akan terasa jika bila kita memasuki alat seluruh gedung dan alat transportasi. Gedung-gedung dan kendaraan sudah dilengkapi dengan mesin pendingin udara sehingga tidak ramah dengan para perokok. Pengunjung mall dan penumpang kendaraan dilarang untuk merokok bahkan makan dan minum pun dilarang untuk menjaga kebersihan lokasi. Ingat denda yang akan dijatuhkan!

Sebelum menggunakan MRT kami harus membeli tiket dulu di mesin pembelian, dengan menyetorkan uang sekira S$ 2,6 kami membeli tiket ke Novena MRT Station. Wah, sayang sekali MRT yang kami inginkan sesak, sehingga impian kami untuk segera menghempaskan tubuh di kursi tidak terwujud. Dengan diantar oleh Ray kami berjalan kaki dari Novena yang berada di bawah tanah sebuah mall sampai tiba di hotel. What a wonderful day, thanks a bunch Ray!

Dengan menggesekkan kartu ke pintu, kami lalu berhamburan menuju tempat tidur. Alhamdulillah, kami baru melalui satu hari tapi perjalananannya sungguh menyenangkan. Apalagi ya yang akan kami alami besok?


Hari Kedua (28 Februari 2010)

Selesai bersantap pagi-pagi (dengan nasi goreng tentunya :-)) kami dijemput untuk menuju Clarke Quay yang berada di tepi Singapore River. Kami diajak menyusuri sungai seolah bernapak tilas mengarungi sungai Singapura yang bersejarah. Dahulu ketika jaman penjajahan Inggris, sungai Singapura ini menjadi saksi transaksi perdagangan antara tiga ras, Melayu, Chinese, dan Anglo. Oleh karena semakin lama sungai menjadi kotor, maka kegiatan perdagangan di sungai dihentikan. Rehabilitasi sungai dilakukan dan diubah fungsinya menjadi objek wisata.

Mendokumentasikan diri di Clarke Quay

Menikmati Keindahan Singapore River
Two tumbs up kembali untuk pemerintah Singapura. Mereka berhasil membangun imej wisata historis di sepanjang Sungai Singapura. Barangkali cerita patriotiknya tidak sedramatis kisah perjuangan bangsa Indonesia, tapi mereka berhasil mengemas objek wisata dengan sajian bangunan bergaya Eropa (khususnya Inggris) dilengkapi diorama (patung-patung) yang mampu menggambarkan proses perdagangan tempo dulu di Singapura. Tempat ini kami dengar semakin semarak di malam hari karena beberapa bangunan lama difungsikan sebagai kafe/resto dan hotel (hotel termahal di Singapura pun berada di kawasan ini).
Cheers

Tak jauh dari Singapore River, nampak bangunan unik mirip dengan durian raksasa. Inilah Esplanade – Theatres yang biasa digunakan untuk menyelenggarakan konser penyanyi (luar negeri termasuk Krisdayanti, Rosa dan penyanyi tenar lainnya).

Lelah berkeliling, tibalah saatnya sesi FREE AND EASY. Pada sesi ini panitia membebaskan kami untuk melalukan aktivitas di luar jadwal panitia dengan biaya pribadi. Bersama Ray kami memasuki Suntec City, mall besar yang terdiri atas lima gedung yang saling berhubungan. Konon, barangsiapa yang berhasil mengelilingi kelima gedung ini, maka dia suatu saat nanti akan kembali ke Singapura. Kami tidak berusaha untuk membuktikannya mengingat panggilan alam yang sudah keroncongan minta diisi. Kami lantas menuju lantai atas, tempat food court berada. Di sana tidak perlu bingung mencari menu makan yang cocok dengan lidah orang Indonesia. Makanan padang tersedia. Ayam bakar (chicken grill) pun a. Apalagi nasi goreng. Meskipun saya termasuk pecinta nasi goreng tapi kali ini saya lebih memilih menu nasi + ayam bakar.

Berpose dulu sambil menunggu makanan

Setelah perut kenyang terisi kami kembali ke hotel menggunakan MRT ke Novena bersama Sonny, LO lainnya. Thanks Sonny!

Hari Ketiga (1 Maret 2010)

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini kami harus bangun lebih awal karena akan dijemput pukul 06.00 pagi untuk menghindari kemacetan di perjalanan menuju ACS. Kami memenuhi undangan untuk menghadiri Hari Ulang Tahun ACS ke-124. Tiba di kampus ACS setengah jam kemudian, kami dibuat takjub dengan megah dan luasnya sekolah ini. Belum pernah kami mengunjungi sekolah sebesar dan semodern ACS.


Megahnya ACS


Symbol ACS

Setelah melewati gerbang kami memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengjangkau gedung sekolah. Nampak banyak siswa berbondong-bondong memasuki lobi gedung. Kami disambut oleh logo tulisan Visi dan Misi Sekolah serta deretan piala di istana piala yang terdapat tepat di lobi.

Fantastic, nampaknya kami akan ada menyaksikan perhelatan besar. Para siswa anggota ekstrakurikuler orkestra dan marching band sibuk mempersiapkan diri begitupun dengan para petugas upacara. Upacara peringatan dilaksanakan di lapangan sepakbola yang terbuat dari rumput sintetis. Para undangan dipersilakan menempati kursi yang telah disediakan. Oleh karena dari tim sekolah kami tidak didampingi oleh Kepala Sekolah, maka kursi yang disediakan untuk Principal yang ada di baris terdepan ditempati oleh saya. Alhamdulillah, saya jadi leluasa mengabadikan momen ini dengan jelas. Tepat di samping saya duduk guru dari SMP Santa Angela Bandung yang mewakili Kepseknya.

Sebelum upacara dimulai siswa sudah berbaris rapi dengan dikoordinir oleh wali kelas masing-masing. Di sini sudah tampak kedisiplinan siswa-siswa di sana. Sangat kontras dengan kondisi upacara bendera Hari Senin yang biasa dilakukan di Tanah Air. Ini pelajaran moral kedua yang diperoleh. Upacara dipimpin oleh Principal/CEO ACS,Dr. Ong Teck Chin.


Memperingati Hari Jadi ACS



Dekorasi Pesta



Ruang Guru ACS


Selepas upacara kami diboyong ke gedung auditorium di lantai dua untuk mengikuti academic Awards Presentation & Thanksgiving Service kepada guru, karyawan, dan siswa ACS yang berprestasi. Kembali saya duduk di kursi khusus Principal. Acara dibuka oleh Hymne ACS yang dinyanyikan ACS Choir (Ray salah satu personilnya) kemudian dilanjutkan doa bersama. Sambutan disampaikan oleh tamu kehormatan, Chairman Maritime and Port Authority of Singapore yang juga merupakan alumni ACS, Mr. Lucien Wong.


Pembukaan Acara Pemberian Awards



ACS Choir



Principal, Dr. Ong Teck Chin


Tibalah acara utama, pemberian Long Service Awards untuk guru dan karyawan atas pengabdiannya kepada ACS selama 5, 10, 15,20, dan 25 tahun. Penerima penghargaan dipanggil ke atas satu per satu untuk menerima award langsung dari Principal. Berikutnya adalah pemberian Academic Awards kepada siswa yang meraih nilai tertinggi pada setiap mata pelajaran dari seluruh grade oleh tamu kehormatan. Di sini tampak gurat kebanggaan dari setiap orang yang dipanggil, orang tua siswa yang diundang pun turut berbahagia. Pada acara ini saya menyaksikan bahwa seluruh pengabdian guru-karyawan dan potensi siswa benar-benar dihargai. Tidak ada diskriminasi terhadap kemampuan mereka. Siswa yang berprestasi di bidang seni, olahraga, bahasa sama dihargainya dengan bidang matematika dan sains. Kiranya ini dapat menjadi pelajaran moral untuk saya dan pendidikan di Indonesia.


Selesai acara kami dijamu makan siang oleh Principal ACS di lantai bawah. Sambil makan kami bercakap-cakap dengan salah satu orang tua siswa ACS. Ia bertanya apakah kami juga orang tua siswa seperti dirinya? Kami jelaskan bahwa kami adalah peserta simposium sains dari Indonesia. Sayang kami tidak bisa mengobrol panjang lebar karena kami sudah tak tahan untuk pergi ke toilet.

Untuk kesekian kalinya kami dibuat tercengang oleh sekolah ini. Keran wastafel dan air di kloset menggunakan sensor otomatis. Air akan mengalir dari keran wastafel bila ada benda ditempatkan di bawah keran, ketika benda tersebut lenyap maka air berhenti mengalir. Tak jauh berbeda dengan air yang mengalir di kloset. Saat kita beranjak dari kloset, air langsung mengalir untuk membersihkan closet. Benar-benar efektif dan efisien untuk membersihkan sekaligus menghemat penggunaan air.

Selanjutnya kami diajak mengunjungi Singapore Science Centre (SSC), surganya ilmuwan terutama biologist and medics, yang terletak di Science Centre Road. Mengapa saya berani mengatakan SSC adalah surganya bagi physician and biologist? Karena saya benar-benar dimanjakan oleh sajian dari Body Worlds & The Life Cycle Museum yang ada di sana. Museum yang diprakarsai oleh Dr. Gunther von Hagens dan Dr. Angelina Whalley ini memamerkan 200 tubuh asli manusia yang telah diawetkan melalui plastinasi.





Plastinasi kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut: Tubuh pendonor yang telah wafat (sebelumnya pendonor telah membuat surat pernyataan kesediaan agar tubuhnya diawetkan demi kepentingan umat manusia) kemudian disuntik dengan eter agar lemak tubuh mencair lalu dapat dialirkan ke luar tubuh. Selanjutnya adalah proses pengawetan dan pembentukan tubuh yang spektakuler sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Di museum ini kami dapat mengamati spesimen orang yang sedang melukis, main catur, bermain basket, dll. Kami juga dapat menyaksikan spesimen organ-organ tubuh yang sehat bahkan yang mengalami kelainan atau kerusakan. Kami sangat terkesima dengan kinerja kedua dokter tersebut yang begitu rapi dalam menyusun jalinan saraf dan pembuluh darah berukuran kecil agar dapat menampilkan kondisi tubuh yang sebenarnya. Kami diperlihatkan organ otak yang sehat, yang mengalami penyusutan volume pada penderita alzheimer, jantung sehat, jantung sakit, hati sehat, hati yang mengalami peradangan akibat terinfeksi, hati yang sirosis, paru-paru sehat, paru-paru perokok yang hitam-kering seolah-olah terbakar, lambung yang sehat dan yang mengalami peradangan, janin dari berbagai trimester, dan lain sebagainya. Tidak hanya soal manusia, di museum juga dipamerkan spesimen jerapah dan cumi-cumi raksasa.
Rasanya waktu bergulir cepat. Kalau tidak diingatkan Bu Amel untuk segera keluar museum dan bergabung dengan rekan-rekan yang lain saya masih ingin berlama-lama di sana. Satu hal lagi yang saya sesalkan, spesimen-spesimen itu sama sekali tidak dibolehkan untuk didokumentasikan. Mungkin hal ini berhubungan dengan hak kekayaan intelektual. Tapi, tak apalah, saya sudah banyak memiliki pengalaman berharga yang dapat saya bagikan kepada rekan-rekan dan siswa-siswa di tanah air. Saya tidak hanya sekedar melihat foto paru-paru perokok, tapi saya mengamati langsung spesimennya. Pengalaman ini dapat saya sampaikan ketika pembelajaran Sistem Pernapasan Manusia.

Selepas dari museum kami dijemput untuk kembali ke ACS. Saatnya dinner di Boarding School (Asrama). Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa ACS tinggal di asrama. Hanya siswa yang memang ingin tinggal mandiri dan siswa scholarship yang bermukim di sana. Ada sebagian tim peserta yang sengaja ditempatkan panitia untuk menginap di asrama agar dapat semakin mengenal kehidupan sehari-hari siswa selama mengenyam pendidikan di ACS. Saya memperoleh informasi dari guru SMP Lab School Jakarta yang menginap di asrama, bahwa untuk masuk-keluar kamar, siswa tinggal menggunakan sidik jarinya, dan pintu kamarpun terbuka.

Ruang makan di asrama sangatlah luas dan dapat menampung banyak siswa. Di sini siswa harus melayani dirinya sendiri dalam mengambil makanan dan menyimpan peralatan makan seusai digunakan.

Hari Keempat (2 Maret 2010)
Kegiatan hari ini akan diisi dengan aktivitas di ACS, mengikuti kegiatan layaknya siswa ACS bersekolah di sana. Seperti biasa untuk menuju ke ACS kami harus bersiap pagi-pagi sekali karena akan dijemput pukul 06.00. Setibanya di ACS, kami berkenalan dengan delegasi dari negara lain. Saatnya berfoto-foto ria (Hahaha, narsis mode on).



Setiap pagi seluruh civitas akademika ACS melaksanakan apel pagi sekira 15 menit yang dipimpin oleh Principal. Kami mengikuti apel dengan membentuk barisan tersendiri tepat di belakang Principal.



Apel diawali dengan pengibaran bendera Singapura dan bendera ACS sambil diiringi lagu kebangsaan Singapura oleh semua. Sumpah warga negara diucapkan oleh petugas apel dan diucap ulang oleh peserta apel dalam Bahasa Inggris. Ceramah dan untaian doa dipanjatkan (layaknya Kultum di Indonesia) mengingatkan agar semuanya dapat menjalankan tugas dengan baik atas nama Tuhan-Nya. Sesi terakhir ialah penyampaian pengumuman-pengumuman dari guru dan siswa. Pada sesi ini guru diberi kesempatan untuk mengingatkan jadwal tes dan pengumpulan tugas terakhir. Siswa juga tidak mau kalah, mereka dapat mengumumkan kegiatan pelaksanaan ekskul bahkan siswa yang nyambi berwirausaha mereka dapat mempromosikan dagangannya. Sungguh unik ya?

Selepas apel, maka satu per satu peserta dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing sedangkan kami langsung diminta oleh panitia untuk memasuki ruangan Seminar. Ruangan seperti ini terdapat di setiap lantai gedung ACS. Ckckck. Ternyata di dalam ruangan sudah menunggu siswa-siswa ACS yang akan memandu tim peserta kompetisi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelasnya. Pun demikian dengan tim dari SMPN 2 Cimahi. Pengalaman mengikuti belajar di ACS tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi siswa-siswa kami karena mereka diberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan guru dan banyak siswa ACS. Semoga pengalaman ini dapat menjadi motivasi besar bagi siswa-siswa kamu untuk semakin percaya diri, giat belajar dan berprestasi.


Sementara siswa-siswa berada di dalam kelas, maka guru menjalani sesi FREE AND EASY. Saya dan Bu Amel memutuskan untuk menuju Marina Bay. Di sanalah patung Merlion, landmark Singapura berada. Tidak mantap rasanya kalau kami berkunjung ke Singapura tanpa menjejakkan kaki ke sana dan mengabadikannya. Oleh karena kami merasa masih buta dengan medan di Singapura, maka kami berusaha merayu Pak Cece, guru SMAN Sindangkerta yang sudah pernah ke Merlion untuk menjadi pemandu jalan. Alhamdulillah, tanpa bersusah payah merayu (:D), Pak Cece bersedia sebab kepala sekolahnya pun belum pernah berkunjung ke Merlion.
Dengan penuh semangat kami menggunakan MRT menuju Marina Bay. Teriknya matahari dan suhu udara yang panas tidak kami hiraukan agar dapat segera tiba di Marina dan berkumpul tepat waktu dengan rekan-rekan lain di Little India pukul 12.00. Pffiuhh, alhamdulillah, sekarang bukan hanya sekedar mimpi, saya sudah berdiri tepat di depan patung Merlion mini dan saya tidak melewatkan kesempatan ini untuk berfoto (narsis... Narsis.. Kapan lagi? ;-)) Berfoto di samping Merlion raksasapun tak terlewatkan.
Puas berada di sana, kami berempat segera bergegas menuju Little India. Wahhh, saat kami tiba rekan-rekan yang lain ternyata sedang asyik shopping! Pas Uswadi dan Pak Amidi dari Labschool Jakarta, nampak serius memilih-milih oleh-oleh untuk istri tercinta. Begitu pun dengan Cik Gung Hamimah dari SMK Victoria terlihat serius mengamati barang-barang murah yang bisa dibeli dengan hanya S$ 10. Dengan menyerahkan S$ 10 tidak hanya satu barang yang didapat, tapi juga tiga!
Berhubung lambung saya keroncongan, saya segera menarik Bu Amel untuk mencari makanan. Sempat kebingungan juga mengingat waktu yang sempit. Akhirnya diputuskan untuk membeli nasi box. Saat kami membeli makanan, Suster Paula dan guru-guru dari SD Santa Ursula dengan tergopoh-gopoh membawa barang hasil belanja mereka melintas di depan kami. Mereka mengatakan baru saja dari Bugis memborong segala macam barang. Wuihhh, sifat dasar wanita ya, shopping in every time, every where 
Dengan dijemput oleh bis ACS kami tiba di sekolah dan dipersilakan untuk makan di kantin seraya menunggu siswa yang masih belajar di kelas. Fabulous, saya dan Bu Amel berdecak kagum. Tatanan kantin layaknya food court yang ada di mall-mall. Tersedia berbagai rupa makanan dan minuman sesuai selera siswa dan tidak perlu khawatir persediaan uang Anda akan menipis karena harganya pun disesuaikan dengan kantung siswa.
Seusai lunch, panitia mengajak kami untuk mengunjungi objek wisata lainnya, yaitu China Town. Setelah kemarin kami tidak didampingi Ray, maka hari ini Ray menemani kami untuk berkeliling di China Town. China Town merupakan kawasan salah satu mesin penggerak perekonomian di Singapura selain Orchad dan Little India.

Hari kelima (3 Maret 2010)
Seperti biasa kami harus berangkat pukul 06.00 pagi dari hotel menuju ACS. Surprise, kami harus melaksanakan lagi apel pengibaran bendera. Tak dinyana, apel selalu dilaksanakan tiap hari di seluruh sekolah di Singapura untuk menanamkan nasionalisme pada setiap warga negara yang multiras. Nyaris tidak ada yang berbeda dengan apel kemarin, namun ada yang menarik, sumpah warganegara disampaikan dalam bahasa Tamil. Sepertinya setiap hari, bahasa pengantar yang digunakan bergilir, hari ini Tamil, besok mungkin bahasa Malay, lusa barangkali bahasa Chinese.
Selepas apel kami menghadiri acara puncak Life Science Symposium. Sesuai dengan tema symposium, yaitu ‘Innovatus’, Guest of Honour, Professor Alastair V. Campbell dari National University of Singapore memaparkan mengenai inovasi dan cara berinovasi. Deksripsi uraian kuliahnya akan saya kemukakan di postingan berikutnya.
Selanjutnya adalah pemberian award kepada pemenang dan partisipan kompetisi sains. Ini adalah saat yang dinanti-nantikan, untuk kategori Primary School (Sekolah Dasar) dimenangkan oleh SD Santa Ursula, Bandung, sedangkan untuk kategori Secondary School (Sekolah Menengah) dimenangkan oleh SMP Santa Ursula, Bandung. Tema yang mereka ajukan adalah mengenai ‘Ekstraksi Gula dari Ubi Cilembu yang Aman bagi Penderita Diabetes Melitus’. Sayang sekali kami tidak berhasil menjadi pemenang. Akan tetapi kami banyak mendapatkan pelajaran. Barangkali faktor utama yang menentukan kemenangan adalah kesesuaian ide yang diajukan dengan selera juri. Awalnya dalam bayangan kami yang baru pertama kali mengikuti perlombaan tingkat internasional bahwa kami harus menciptakan sesuatu yang canggih yang berasal dari bahan-peralatan dapur. Tidak terlintas dalam benak kami bila sesuatu yang canggih merupakan hal yang lazim bagi orang Singapura. Justru semestinya kami mengangkat suatu produk yang berasal dari kearifan lokal, seperti Ubi Cilembu itu. Tentu saja sangat sulit (bahkan mungkin tidak ada) menemukan Ubi Cilembu di negara mereka. Ternyata kejelian tim SMP Santa Ursula dalam menggali manfaat Ubi Cilembu bagi kesehatan membuahkan kemenangan. Memang bukan menjadi hal yang aneh, karena tim mereka sudah mengikuti kompetisi ini sejak empat tahun yang lalu sehingga mereka sangat mengenal karakteristik produk yang diharapkan muncul.
Penghargaan terima kasih atas partisipasi peserta dan guru dalam mengikuti 9th Life Symposium diberikan oleh Principal ACS. Tak lupa ucapan terima kasih dan cinderamata disampaikan kepada semua kepala sekolah yang mengutus siswanya mengikuti kegiatan ini oleh Ketua Yayasan ACS. Untuk kesekian kalinya saya mewakili bapak kepala sekolah menerima cinderamata karena beliau berhalangan hadir.
Seluruh partisipan diperkenankan untuk memamerkan produk ilmiahnya dan mempresentasikan di hadapan para Juri dan pengunjung pameran. Setiap tim diperkenankan membuat stannya sendiri dengan difasilitasi panitia. Pameran ini dilaksanakan di salah satu laboratorium ACS tepat dengan dibukanya laboratorium (open laboratory) kepada masyarakat. Ada sekira 30 laboratorium di sana. Laboratorium IPA saja beranekaragam. Ada Lab. Kultur Jaringan, Lab. Fisiologi, Lab. Ekologi, Lab. Rekayasa Genetika. Ada juga Lab. Tata Boga Lab. Kimia Dasar, dan lain-lain. Banyak sekali laboratorium yang kami kunjungi sampai-sampai kami sulit mengingat nama lab yang kami kunjungi. Bahkan di bagian atap gedung ada Roof Top Garden yang bangunannya serupa dengan Green House. Di sana dipelihara beragam tanaman dengan cara hidroponik dan aeroponik. Setiap kami mengunjungi satu laboratorium, kami diberikan cinderamata. Misalnya ketika kami mengunjungi Lab. Kultur Jaringan, kami dihadiahi tumbuhan muda produk dari kuljar. Sementara di Lab. Tata Boga kami dipersilakan untuk belajar membuat roti dan mencicipi roti fresh langsung dari oven hasil karya siswa ACS.
Kami begitu terpukau dengan kemodernan dan kecanggihan sarana dan prasarana praktikum yang diperuntukkan bagi siswa ACS. Kami tercenung, kapan siswa-siswa di tanah air bisa merasakan hal yang sama ketika belajar di sekolah negeri? Apakah kami terlalu berani bermimpi? Entahlah...
Pfiuhh, hari yang begitu melelahkan namun sangat menyenangkan. Saatnya dinner di asrama, tapi kok dinner dilakukan pukul 05.00 sore. Ow, ternyata ini adalah early dinner. Kami segera bergegas menghabiskan makanan karena kami ingin menyaksikan pertunjukan Songs of The Sea di Sentosa Island. Suatu pertunjukan yang megah di tepi pantai dimana pertunjukan drama dikemas menggunakan media sinar laser yang ditembakan ke air mancur. Ceritanya tentang seorang Putri yang diculik dan ditawan oleh penjahat. Durasinya sekira 30 menit, namun butuh perjuangan keras untuk menyaksikannya mengingat jadwal kegiatan kami yang padat.
Hari Keenam (4 Maret 2010)
Hari terakhir. Hmm, tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Alhamdulillah, banyak sekali pengalaman yang dapat kami bawa ke tanah air. Sungguh memori yang tak akan pernah kami lupakan. Kami banyak belajar, tidak hanya dari Singapura tapi juga dari rekan-rekan peserta lainnya. Dari peserta Singapura kami sungguh mengagumi kepercayaan diri dan kecerdasan mereka. Meskipun usianya masih sangat belia, mereka tidak canggung berkomunikasi dengan orang dari negara lain. Kemampuan Bahasa Inggrisnya sangat fasih kendati masih disertai dengan logat Chinesenya. Begitupun dengan siswa dari India, walaupun Bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus (mereka berbicara campur aduk dengan bahasa ibunya) tapi tetap tidak menghilangkan semangat dalam mempublikasikan produk inovatif yang dihasilkan. Didukung dengan body languagenya dan media poster, saya pikir saya dapat memahami apa yang dia katakan. Sorot kebanggaan begitu terpancar dari wajahnya meski ia bukanlah pemenang.
Bagaimana dengan siswa Mexico? Mereka sangat ramah. Ada misi lain di balik keikutsertaan mereka dalam kompetisi ini, yaitu untuk memperkenalkan negara dan budayanya. Melawat ke Singapura merupakan perjalanan terjauh yang pernah dilakukan, namun kunjungan ke negara lain sudah beberapa kali dilaksanakan dalam rangka Student Exchange. Hanya saja masih dalam lingkup satu benua, misalnya ke Kanada atau USA. Yang mengejutkan, mereka tidak sungkan menawari kami kerjasama pertukaran pelajar dan kebudayaan. Mereka sangat antusias dan tertarik dengan Indonesia. Barangkali hal ini dimulai dengan ketertarikan mereka dengan jilbab kami yang berbeda dengan peserta lainnya. Student Exchange dapat berlangsung selama minimal satu minggu. Untuk biaya hidup selama di Mexico sepenuhnya ditanggung oleh sekolah tersebut, begitupun sebaliknya. Kami di Indonesia juga harus menanggung biaya hidup siswa selama tinggal di sini. Sungguh tawaran yang sangat menarik hanya saja kami tidak dapat memutuskannya sendiri karena harus berdiskusi dengan rekan-rekan lain di sekolah. Untuk sementara mereka memberikan kartu namanya dan deskripsi budaya Mexico dalam bentuk CD.
Pukul 05.30 dengan menggunakan kendaraan Travel kami check out dari hotel karena kami harus menggunakan penerbangan ke Jakarta pukul 07.00 nanti. Sejenak berleha-leha di atas kursi pijat gratis di Changi. Tepat pukul 07.00 pesawat lepas landas membawa kami keluar dari kemodernan gaya hidup di Singapura. Terlintas asa untuk dapat kembali berkunjung ke sana. Alhamdulillah wa sholatu wassalamu’ala rosulillah.

Sabtu, Juli 10, 2010

Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk Mengembangkan Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa


Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh jarangnya pemanfaatan komputer pada pembelajaran biologi di tingkat SMP. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan quasi experiment yang melibatkan 44 orang siswa yang belajar menggunakan ilustrasi animasi serta video dan 44 orang siswa lainnya belajar menggunakan dengan ilustrasi statis. Dari data tes awal dan tes akhir yang dianalisis oleh uji Z dua pihak, diperoleh hasil bahwa siswa yang belajar dengan memanfaatkan ilustrasi animasi dan video unggul secara signifikan dalam keterampilan generik dan berpikir kritis. Sekolah yang memiliki sarana komputer yang memadai hendaknya memaksimalkan pemanfaatan komputer dalam berbagai kegiatan pembelajaran agar siswa menjadi lebih akrab dengan tombol-tombol pengoperasian.
Kata kunci: Multimedia Interaktif, Ilustrasi Animasi dan Video, Ilustrasi Statis, Keterampilan Generik, Berpikir Kritis.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan studi pendahuluan di dua SMP di kota Cimahi, diketahui bahwa komputer jarang dipergunakan dalam pembelajaran biologi. Jarangnya penggunaan komputer dalam pembelajaran di kelas, dapat disebabkan oleh kekurangmampuan guru dalam mengoperasikan program-program komputer (Priyono, 2004). Di sisi lain, guru sebagai fasilitator dan kreator kegiatan pembelajaran diamanatkan oleh Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 40 Ayat 2 untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat diwujudkan dengan memanfaatkan multimedia komputer dalam pembelajaran (Universitas Negeri Jakarta, 2005). Jenis multimedia yang dianjurkan dipergunakan dalam pembelajaran adalah multimedia interaktif (MMI). MMI memiliki beberapa elemen penting, yaitu gambar diam dan gambar bergerak (animasi dan video) (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004; Chia, 2003). Animasi dan video dianggap lebih istimewa karena memiliki aspek dinamis sehingga lebih dapat memvisualisasikan konsep-konsep yang abstrak dan sulit untuk dipraktekkan di kelas.
Sayangnya, selama ini banyak program multimedia pembelajaran dengan ilustrasi animasi hanya dirancang untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa (Meranti et al., 2007). Padahal pembelajaran di sekolah hendaknya mampu membekali siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya di masa depan, dua diantaranya adalah keterampilan generik dan berpikir kritis yang termasuk kegiatan berpikir kompleks (Cohen 1971 dalam Costa, 1985; Hartono, 2006). Permasalahan yang begitu marak berkembang dalam beberapa dasawarsa terakhir ini di antaranya adalah mengenai reproduksi hewan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan pembelajaran reproduksi hewan berbasis MMI yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan generik dan berpikir kritis siswa.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu permasalahan, yaitu, “Bagaimana perbandingan tingkat keterampilan generik dan berpikir kritis siswa kelas IX yang belajar menggunakan Program MMI Reproduksi Hewan dengan ilustrasi animasi dan video dengan siswa yang memanfaatkan Program MMI dengan ilustrasi statis?”

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat keterampilan generik dan berpikir kritis siswa kelas IX yang belajar menggunakan Program MMI dengan ilustrasi animasi dan video dengan siswa yang memanfaatkan Program MMI dengan ilustrasi statis.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi guru, hasil penelitian dapat memperkaya wawasan sehingga terpacu untuk turut meningkatkan keterampilan generik dan berpikir kritis siswa melalui MMI.
2. Siswa mengalami pembelajaran yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan dapat merangsang siswa untuk membangun konsepnya sendiri, pada akhirnya diharapkan keterampilan generik dan berpikir kritis siswa meningkat.


B. LANDASAN TEORITIS
Multimedia merupakan gabungan teks, suara, gambar, warna, animasi, dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) untuk dapat menyampaikan informasi sehingga pengguna dapat bernavigasi (The Florida Center for Instructional Technology University of South Florida, 2007). Multimedia dapat dibagi menjadi dua kategori (Sutopo, 2003; Ariasdi, 2008), yaitu multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga tampilan berjalan sekuensial sebagai garis lurus, contohnya TV dan film. Dalam multimedia interaktif (MMI), pengguna dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya atau mendapatkan jawaban yang mempengaruhi komputer untuk mengerjakan fungsi selanjutnya. MMI memiliki beberapa elemen penting, yaitu, gambar diam dan gambar bergerak (animasi dan video) (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004; Chia, 2003). Animasi dan video dapat menjadi media pembelajaran yang baik karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik sehingga siswa mampu membuat interpretasi yang benar. Tampilannya yang memikat dapat menarik perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu yang dinamis daripada statis (Rieber 1990 dalam Chan dan Black, 2005; Park dan Gittelman 1992 dalam Chan dan Black, 2005; Lowe, 2001; Nurtjahjawilasa, 2004; Suheri, 2006; Utami 2007).


C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMPN Y Kota Cimahi. Sebanyak dua kelas dipilih secara acak dari sepuluh kelas IX yang ada. Masing-masing kelas terdiri atas 44 orang siswa. Oleh karena itu jenis penelitian yang dilakukan tergolong quasi experiment. Indikator keterampilan generik yang dikembangkan didasarkan pada indikator yang dikemukakan oleh Brotosiswoyo (2001), sedangkan indikator berpikir kritis didasarkan pada indikator dari Ennis (Costa, 1985). Pengumpulan data utama dilakukan melalui pelaksanaan tes awal dan akhir keterampilan generik berbentuk uraian, tes awal dan akhir berpikir kritis berbentuk pilihan ganda. Di antara tes tes awal dan tes akhir dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan program MMI.
Berikut merupakan visualisasi fertilisasi dengan ilustrasi animasi pada Program MMI animasi-video yang dirancang menggunakan software utama Macromedia Flash 8, Photoshop CS3, dan software pendukung lainnya.


Sedangkan tampilan materi fertilisasi yang dilengkapi dengan ilustrasi statis dalam software Microsoft Powerpoint dapat dilihat di bawah ini.

Desain pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelas
Tes Awal
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
O
X1
O
Pembanding
O
X2
O
Keterangan:
O = Observed (tes awal dan tes akhir).
X1 = Penggunaan MMI menggunakan ilustrasi animasi dan video.
X2 = Penggunaan MMI menggunakan ilustrasi statis.


D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Keterampilan Generik Siswa
Di bawah ini merupakan statistik nilai keterampilan generik siswa di kedua kelas.



Gambar 1. Statistik Nilai Keterampilan Generik Siswa di Kedua Kelas
Berdasarkan hasil uji Z dua pihak terhadap rerata N-Gain di kedua kelas diketahui bahwa N-Gain siswa di kelas eksperimen unggul signifikan (α = 0,05). N-Gain siswa di kelas eksperimen termasuk kategori sedang, sedangkan N-Gain siswa di kelas eksperimen tergolong rendah. Melalui uji Z satu pihak diketahui pula bahwa ilustrasi animasi dan video efektif dan efisien dalam mengembangkan keterampilan generik siswa (α = 0,05). Berikut disajikan N-Gain siswa pada empat indikator keterampilan generik yang diukur.



Gambar 2. Rata-rata N-Gain Siswa pada Indikator yang Diukur
Peningkatan keterampilan generik siswa secara umum pada pembelajaran konsep Reproduksi Hewan menggunakan ilustrasi animasi dan video ini dapat terjadi karena siswa memiliki kesempatan untuk lebih menggunakan kemampuan berpikirnya. Hartono (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan generik merupakan pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk aktif berpikir.
Animasi dan video mampu memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi materi ajar. Pembelajaran yang demikian memfasilitasi siswa untuk berpikir sistematis sesuai urutan kejadian didasarkan pada keteraturan fenomena (logical frame). Melalui urutan kejadian yang dipaparkan secara eksplisit, siswa dapat memahami mengapa sesuatu dapat terjadi dan apa akibat yang ditimbulkannya (causality) sehingga siswa dapat membuat generalisasi atau mengambil suatu kesimpulan (inferensia logika).
Namun perolehan rata-rata N-Gain siswa di kelas eksperimen masih tergolong sedang. Menurut Gibb (2001 dalam Rahman et al, 2007), untuk mengembangkan keterampilan generik memerlukan waktu yang lama, sekalipun sudah dilatihkan berulangkali hasilnya belum seluruhnya tergolong kategori tinggi.
Kemampuan siswa dalam membuat pemodelan menunjukkan rerata N-Gain yang rendah. Keterampilan siswa dalam memodelkan situasi-situasi ke dalam bentuk matematik, yaitu grafik termasuk dalam keterampilan komunikasi matematik (National Council of Teachers of Mathematics, 1989 dalam Putri, 2007). Selanjutnya juga dikemukakan bahwa pengetahuan awal (prior knowledge) siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya mempengaruhi kemampuan komunikasi matematik. Ketiadaan latihan pembuatan grafik yang benar menyebabkan keterampilan generik siswa untuk indikator pemodelan kurang berkembang.

2. Berpikir Kritis Siswa
Berikut disajikan statistik nilai berpikir kritis siswa di kedua kelas.



Gambar 3. Statistik Nilai Berpikir Kritis Siswa di Kedua Kelas
Berdasarkan hasil uji Z dua pihak terhadap nilai tes akhir, diketahui bahwa rata-rata nilai berpikir kritis siswa di kelas eksperimen unggul signifikan (α = 0,05). Hasil uji Z satu pihak terhadap N-Gain, membuktikan ilustrasi animasi dan video efektif dan efisien meningkatkan berpikir kritis siswa (α = 0,05). Berikut ditampilkan rata-rata nilai tes akhir siswa pada setiap indikator berpikir kritis yang diadopsi dari Ennis (1985 dalam Costa, 1985).



Gambar 4. Statistik Nilai Berpikir Kritis Siswa di Kedua Kelas
Siswa di kelas eksperimen unggul dalam tiga indikator, yaitu mencari alternatif, berpikiran terbuka, fokus pada sebuah pertanyaan, dan menganalisis argumen.
Lebih tingginya berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang belajar memakai ilustrasi animasi dan video ini sejalan dengan pendapat Uhlig (2002). Ia menyatakan bahwa berpikir kritis yang termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi memerlukan banyak sumber kognitif.
Animasi dan video terdiri atas informasi audio dan gambar dinamik. Kedua komponen tersebut mampu menyediakan muatan kognitif lebih banyak kepada pembelajar. Animasi dapat lebih menjelaskan, karena animasi menyediakan multiple visual dan perspektif konseptual terhadap materi subjek. Karakteristik-karakteristik tersebut mampu memperluas cakrawala berpikir siswa yang penting untuk meningkatkan berpikir kritis siswa (Bittner dan Tobin, 1998 dalam Simpson dan Courtney, 2001). Kendala yang menyebabkan siswa di kelas eksperimen mencapai nilai yang rendah pada indikator mencari alasan dikarenakan sedikitnya waktu yang tersedia untuk belajar.


E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Siswa yang belajar dengan memanfaatkan ilustrasi animasi dan video unggul secara signifikan dalam keterampilan generik dan berpikir kritis.

2. Saran
Sekolah yang memiliki sarana komputer yang memadai hendaknya memaksimalkan pemanfaatan komputer dalam berbagai kegiatan pembelajaran agar siswa menjadi lebih akrab dengan tombol-tombol pengoperasian sehingga kegiatan pembelajaran secara mandiri dengan menggunakan program komputer dapat berjalan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Brotosiswoyo, B. (2001). “Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi”, dalam Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI UT.
Chan, M. dan Black, J. (2005). When can animation improve learning? Some implications for human computer interaction and learning. [Online]. Tersedia: http://www.ilt.columbia.edu. Download:10 Mei 2008.
Chia, H. (2003). Perancangan dan Pembuatan Program Aplikasi Alkitab Multimedia. [Online]. Tersedia: http://digilib.petra.ac.id. Download: 4 Juni 2008.
Costa, A. (1985). Developing Minds. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
Hartono. (2006). Pembelajaran Fisika Modern bagi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi IPA SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Lowe, R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au. Download: 10 Mei 2008.
Meranti, D. et al. (2007). “The Use of Computer Animation in Learning Process of Electrolysis Topic for Supporting Practical Activity to Improve Conceptual Understanding and Basic Skill of Scientific Work (BSSW)”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs UPI, Bandung.
Nurtjahjawilasa. (2004). Efektifitas Multimedia dalam Menunjang Pembelajaran. [Online]. Tersedia: www.pusdiklathut.com. Download: 26 Februari 2007.
Priyono, E. (2004, 28 Agustus). Muh. Saefudin Guru Berprestasi Tingkat Nasional. Suara Merdeka [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.suaramerdeka.com. Download: 14 September 2007.
Putri, S. (2007). Pembelajaran Konsep Bakteriologi dan Virologi Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Mahasiswa. Tesis IPA SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Rahman, T. et al. (2007). “Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs UPI, Bandung.
Simpson, E. dan Courtney, M. (2001). Critical Thinking in Nursing Education: A literature review. [Online]. Tersedia: http://eprints.qut.edu.au. Download: 4 Juni 2008.
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id. Download: 2 Juni 2007.
The Florida Center for Instructional Technology University of South Florida. (2007). Multimedia in The Classroom. [Online]. Tersedia: http://fcit.usf.edu/multimedia/overview/overviewa.html. Download: 22 Mei 2007.
Uhlig, G. (2002). Teaching Critical Thinking Online. [Online]. Tersedia: http://www.freelibrary.com/2002/june.htm. Download: 28 Mei 2008.
Universitas Negeri Jakarta. (2005). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Multimedia dalam Pembelajaran.
[Online]. Tersedia: http://www.unj.ac.id Download: 5 Juni 2008.
Utami, D. (2007). Animasi dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.uny.ac.id. Download: 14 September 2007.

Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Agsains Tahun 2009