Selasa, Desember 25, 2012

Selamat Hari Ibu

Kepada para ibu di seluruh dunia, saya mengucapkan SELAMAT HARI IBU. Meski rasa terima kasih ini tak bisa hanya dihaturkan di satu hari, mengingat betapa besarnya jasamu, ibu. Namun saya hanya ingin mengingatkan bahwa ada satu hari khusus untukmu, para ibu, di tanggal 22 Desember.

Untuk ibunda (almh.) TATI HADIDJAH, ananda sampaikan doa, agar engkau diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah, diterima amal ibadahnya, diampuni segala dosanya, dan dijadikan sebagai ahli surga. Terima kasih atas segala perjuangan yang telah kau lakukan untukku, putrimu semata wayang. Mamah, semoga nanti kita dapat berkumpul di surga-Nya. Amin yra.

Terima kasih pula saya ucapkan untuk mamah mertua, ibu CUCUN CUNDAWASIH, yang telah membesarkan dan mendidik putranya menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan penyayang pada keluarganya. Tak akan cukup rasanya terima kasih ini diuraikan, barangkali doa ini dapat mewakili:
Untuk para ibu, semoga perjuanganmu dalam membesarkan dan mendidik putra-putrimu dibalas oleh Allah dengan surga dan kebaikan yang melimpah. Amin yra.

Senin, Desember 10, 2012

Duh, Ternyata Bahaya Lho Membakar Sampah Plastik!



Sampah.... sampah... sampah... Makin hari makin menggunung. Sampah bahkan dapat menjadi mimpi buruk. Masih ingat dengan peristiwa longsor sampah di TPA Leuwigajah 7 tahun lalu? Sampah mampu  menewaskan 143 orang. Sampah jika tidak dikelola dengan baik memang hanya akan menambah masalah.
 Banyak tulisan mengupas tentang sampah. Semoga tulisan ini dapat memberi sumbangsih dan menggugah kesadaran tentang pengelolaan sampah yang baik.
Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat berhubungan dengan jumlah penduduk dan di satu pihak ruangan hidup manusia relatif tetap. Bahan buangan yang seringkali disebut sebagai sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan dan tidak dipakai setelah berakhirnya suatu proses atau aktivitas (Wikipedia, 2007). Proses terjadinya sampah dapat digambarkan sebagai berikut (Soenhadji, 2005).
Gambar 2.4. Proses Terjadinya Sampah

  1. Jenis Sampah
Penggolongan jenis sampah dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya, dan karakteristik (Soenhadji,. 2005). Berdasarkan penggolongan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah yang termasuk sampah organik adalah sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah, dan lain-lain, yang dapat mengalami pembusukan secara alami. Sampah anorganik meliputi logam besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain, yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami (Jala Sampah, 2004).

Sampah yang secara alami mudah terurai (degradable) dan sampah yang sukar terurai (non-degradable) adalah penggolongan sampah didasarkan sifat mengurai. Berdasarkan mudah tidaknya terbakar, maka sampah dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar (combustible), dan sampah yang sulit terbakar (non-combustible). Demikian juga ada penggolongan sampah berbahaya dan sampah yang tidak berbahaya. Bahan kimia, bekas alat medis dari rumah sakit dan radioaktif merupakan sampah berbahaya (Soenhadji, 2005).

  1. Komposisi Fisik Sampah
Susunan sampah secara fisik selain untuk pemilihan dan penggunaan alat pengelolaan, dapat digunakan sebagai penjajagan dalam usaha pemanfaatan sumber energi. Komponen sampah di daerah perkotaan umumnya terdiri dari (Soenhadji, 2005): 1) Sisa makanan; 2) Kertas; 3) Plastik; 4) Kaleng; 5) Sampah pekarangan; 6) Kayu; 7) Debu; 8) Abu, dan sebagainya. Tentunya di berbagai kota bervariasi menurut tempat, musim, tingkat sosial, ekonomi, jenis kegiatan masyarakat, transportasi, pembangunan, dan faktor lainnya.

  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah
Produksi sampah akan selalu bertambah pada masa-masa mendatang. Di Indonesia, laju kenaikan sampah diperkirakan lebih besar dari 1,4 % per tahun.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah (Soenhadji, 2005; WALHI, 2004) :
a.       Jumlah penduduk dan kepadatannya
b.      Tingkat aktivitas
c.       Pola kehidupan/ tingkat sosial ekonomi
d.      Letak geografi
e.       Iklim
f.       Musim
g.      Kemajuan teknologi
Pembungkusan plastik, perkembangan kemasan makanan dan obat mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.

A.    SAMPAH DAPAT MENJADI MASALAH
Kesehatan seseorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah sendiri bila diamankan tidak berpotensi mempengaruhi lingkungan (Soenhadji, 2005). Namun demikian, sering kita temui bahwa sampah tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan.

Sampah yang kurang diperhatikan dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya serangga atau hewan mengerat yang dikenal sebagai vektor penyakit menular. Di samping itu sampah dapat menimbulkan pencemaran udara, air, dan tanah yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan. Timbulnya gas metana dari tumpukan sampah akan memperbesar kemungkinan terjadinya peristiwa kebakaran. Gas-gas amonia, karbondioksida, H2S yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik akan menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan (Sutasurya, 2006).

Gas karbondioksida yang dihasilkan juga berperan sebagai gas rumah kaca. Menurut Surtikanti (2006), gas rumah kaca (O3, CH4, NOX, CO2, CFC) yang ada di atmosfer akan meneruskan gelombang pendek dari matahari yang mempunyai lamda antara 0,15 mm sampai 4 mm diemisikan ke bumi. Radiasi matahari yang sampai ke bumi ini akan dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Pada waktu pengembalian emisi radiasi ke ruang angkasa, gas rumah kaca menyerap panjang gelombang 4 – 120 mm. Radiasi gelombang panjang yang diserap gas rumah kaca akan diemisikan kembali ke bumi. Akibatnya radiasi yang diterima di permukaan bumi makin bertambah dan suhu makin panas.

Secara fisik, sampah yang tak terurus dengan baik dapat mengganggu kelancaran lalu lintas, dan akan mengganggu kenyamanan dan keindahan wilayah. Lebih jauh lagi keadaan demikian akan menurunkan martabat bangsa.

Sabtu, Desember 08, 2012

Keajaiban Sebuah Sel Induk



Ketika sebuah organ gagal berfungsi, maka tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan kehidupan selain dengan transplantasi organ. Akan tetapi,  transplantasi organ bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sulitnya mencari donor organ yang tepat, bahkan dari anggota keluarga sendiri tentunya menjadi kendala. Berbagai penelitian di bidang kedokteran menemukan bahwa sel stem embrionik manusia dapat digunakan untuk transplantasi berbagai organ yang rusak, seperti ginjal, hati, jantung, tulang, dan sebagainya.
    Ardyanto (2006:-) juga Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001:193) mengemukakan bahwa sel stem merupakan sel yang sangat istimewa. Ada dua jenis sel stem, yaitu  Embryonic Stem Cells (ESC) dan Adult Stem Cells (ASC). ESC diperoleh dari sel-sel pada tahap blastosit (sekitar 5-7 hari setelah pembuahan). Sedangkan ASC diambil dari sumsum tulang, darah tepi dan darah tali pusat.
Pada manusia, ESC diturunkan dari sel-sel totipoten embrio awal dan memiliki kemampuan berploriferasi secara tak terbatas dan tak terdiferensiasi secara in vitro (Kaufman et al., 2001:10716 ; Thomson et al., 1998:1145). Sel stem diturunkan dari inner cell mass blastokista dan dari sel-sel germ primordial (Schuldiner et al., 2000:11307; Shambloot et al., 2001:113). 
Menurut Thomson et al. (1998:1145), sel ES mengekspresikan aktivitas telomerase tingkat tinggi. Setelah mengalami proliferasi tak terdiferensiasi (undifferentiated proliferation) in vitro selama 4 sampai 5 bulan, sel-sel ini tetap memelihara potensial perkembangan untuk membentuk trofoblas dan  derivat-derivat dari 3 lapisan lembaga embrionik, termasuk epitelium usus (endoderm); kartilago, tulang, otot polos, dan otot lurik (mesoderm); dan epitelium neural, ganglia embrionik, serta epitelium semu berlapis (ektoderm).


1. Klasifikasi Sel Stem
Andra (2006:-) dan Ardyanto (2006:-) mengemukakan bahwa sel stem dapat diklasifikasikan menjadi sel stem totipoten, pluripoten, multipoten, oligopoten, dan unipoten.
a.       Sel stem totipoten dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel yang dibentuk saat sel telur dan sperma bersatu. Sel stem tipe ini dapat berdiferensiasi menjadi tipe sel embrionik yang nantinya akan membentuk janin dan sel ekstraembrionik seperti plasenta.
b.      Sel stem pluripoten merupakan turunan dari sel totipoten dan berdiferensiasi menjadi sel-sel yang tergolong dalam 3 lapisan germ embrionik, yaitu endoderm,  mesoderm, dan ektoderm.
     Endoderm menjadi bakal organ-organ dalam seperti paru-paru, liver, usus dan pankreas. Mesoderm di lapis kedua bakal menjadi otot, tulang, tubulus ginjal dan darah. Terluar ada ektoderm yang menjadi bakal kulit, sistem syaraf, enamel gigi, lensa mata dan neural crest (jalur tempat berjalannya saraf dari otak ke sepanjang tulang belakang). Dari ektoderm juga terbentuk sel-sel amnion dan chorion.
c.       Sel stem multipoten, hanya dapat memproduksi sel yang berada dalam satu kelompok sel, misalnya sel stem hematopoeietik berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, atau platelet. Beberapa sel stem dapat ditemukan pada sel yang sudah terdiferensiasi di jaringan-jaringan tertentu dan kebanyakan adalah sel multipoten. Sel stem yang didapat dari sumber ini disebut adult stem cell. Adult stem cell disebut juga sel stem somatik karena sel stem ini tidak harus diambil dari orang yang sudah dewasa tetapi juga saat kanak-kanak atau umbilical cord (tali pusar).
Michael Klentze, MD, PhD, Medical Director Klentze Institute Munich Jerman, dalam acara Anti-Aging di Bali September 2006 menyatakan bahwa hanya ada sedikit sel stem pada tiap jaringan, dan diduga menetap di area tertentu dalam tiap jaringan dalam keadaan tidak terdiferensiasi bertahun-tahun hingga teraktifkan oleh penyakit atau luka jaringan.  Sel stem yang diturunkan dari darah plasenta dan tali pusat pasca melahirkan dikumpulkan dari vena umbilical kemudian segera dianalisis terhadap kemungkinan infeksi dan ditentukan jenis jaringannya. Darah kemudian diproses sebelum disimpan di nitrogen cair untuk dipergunakan kemudian hari. Sel stem jenis ini telah digunakan sejak tahun 1988  untuk terapi penyakit Gunther, sindrom Hurter, acute lymphocytic leukemia dan beberapa penyakit lain terutama pada anak-anak.
d.      Sel stem oligopoten misalnya sel mieloid yang membentuk sel darah merah, trombosit, netrofil tetapi tidak membentuk limfosit yang termasuk kelompok non-mieloid.
e.       Sel stem unipoten yang menghasilkan hanya satu tipe sel, namun memiliki kemampuan untuk memperbaharui diri sendiri yang membedakannya dari non stem-sel. Contoh sel unipoten adalah sel spermatogenik.

       
      2.  Karakteristik Sel Stem
Sel stem memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai tipe sel dewasa seperti sel saraf, jantung, pankreas, dan sebagainya (Andra, 2006:-). Sel ini juga menjadi cikal bakal sel-sel tubuh manusia, dengan 2 sifat khusus. Pertama mampu mengalami perbanyakan diri tanpa mengubah ciri-ciri genetiknya, sampai berlipat-lipat kali. Kedua, mampu mengalami pematangan (differentiation) menjadi berbagai jenis sel khusus Sel induk memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas, namun tidak dapat tumbuh menjadi sel telur atau sel spermatozoid  (Ardyanto, 2006:-; Kusmaryanto, dalam Rachmawati, 2003:-).
Oleh karena sifat yang dimilikinya tersebut, maka sel stem secara revolusioner sangat berpotensi digunakan untuk memperbaiki kerusakan bagian tubuh dengan cara terapi transplantasi sel stem.  Transplantasi sel stem bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sel baru dan sehat pada pasien dan untuk membuat pengganti sel-sel tertentu yang mengalami kerusakan untuk kemudian digunakan untuk transplantasi.
Salah satu keuntungan transplantasi sel stem adalah tidak diperlukan donor tertentu yang memiliki kesesuaian untuk dilakukan transplantasi. Beberapa penyakit yang memiliki potensi untuk dilakukan terapi sel stem misalnya terkait dengan darah, leukemia dan sickle cell anemia. Lalu yang berhubungan dengan saraf seperti Parkinson, stroke, dan alzheimer. Penyakit lain adalah infark myokard akut, diabetes melitus, distrofi muskular, sirosis hati, gangguan saraf tulang belakang, artritis, osteoporosis hingga luka bakar.  
Sel stem dapat menggantikan sel Langerhans pankreas untuk penderita diabetes mellitus, menggantikan sel-sel otot jantung yang rusak pada penderita serangan jantung, atau mengganti neuron dopamine bagi penderita penyakit Parkinson. Bahkan, untuk kedokteran gigi, sel-sel stem berpotensi memunculkan gigi baru pengganti gigi rusak yang telah dicabut (Ardyanto, 2006:-; Andra, 2006:-; Rachmawati, 2003:-).


3. Penelitian tentang Sel Stem Embrionik (ES)
Berbagai pengkajian mengenai kemampuan sel stem untuk berdiferensiasi menjadi bermacam-macam jaringan telah dilakukan, namun pengkajian ini tidak langsung menjadikan manusia sebagai objeknya. Untuk penelitian ini umumnya dipergunakan tikus atau monyet.
Thomson et al. (1998: 1145) dalam laporan penelitiannya memaparkan bahwa sel-sel stem tikus berkontribusi untuk membentuk jaringan dewasa, termasuk sel-sel benih, memberikan suatu pendekatan yang baik untuk pengenalan perubahan genetik spesifik ke dalam garis germ tikus. Kemajuan telah dibuat dalam diferensiasi sel stem tikus secara in vitro menjadi neuron, sel-sel hematopoietic, dan otot jantung.
Selain daripada itu,  sel-sel stem monyet Rhesus memberikan suatu model yang akurat untuk mencegah penolakan imunitas dari sel-sel yang ditransplantasikan dan untuk menunjukkan keamanan dan keampuhan terapi yang didasarkan pada sel stem. Ada dua karakteristik esensial sel ES primata, yaitu (Thomson et al., 1998: 1145): (1) turunan dari embrio pre-implantasi atau embrio peri-implantasi, (2) proliferasi tak terdiferensiasi, (3) potensial perkembangan stabil untuk membentuk derivat dari ketiga lapisan germ embrionik bahkan setelah kultur diperpanjang.
Selanjutnya, Murine, sejenis tikus, juga menjadi pendukung dalam diferensiasi sel stem manusia.  Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194) mengemukakan, sel ES manusia diturunkan dari Inner Cell Mass (ICM) embrio tahap blastokista. Embrio-embrio manusia tahap cleavage, dihasilkan oleh fertilisasi in vitro untuk tujuan klinis. Setelah embrio-embrio ditumbuhkan sampai tahap blastokista, ICM diisolasi dan diselubungi di atas feeder layers Murine Embrionic Fibroblast yang tidak aktif secara mitosis (MEF) dalam kultur jaringan (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Derivasi garis sel ES manusia. Blastosis manusia ditumbuhkan dari embrio tahap cleavage dengan fertilisasi in vitro. Sel-sel ICM dipisahkan dari trofektoderm oleh immunosurgery, diselubungi suatu fibroblast feeder substratum dalam medium yang mengandung fetal calf serum. Koloni-koloni secara berurutan dikembangkan dan diklon (Odorico, Kaufman, dan Thomson (2001: 194).


Penelitian-penelitian mengenai sel stem dilakukan untuk mengembangkan terapi transplantasi sel stem, salah satunya, yaitu transplantasi sumsum tulang, diterapkan untuk penderita keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti thalassemia.

Gambar 2.2. Strategi Kloning Terapeutik (Ardyanto, 2006:-)

Ardyanto (2006:-), dalam artikel yang ditulisnya menjelaskan, untuk keperluan tersebut, harus dicari donor sumsum tulang dengan syarat ada kecocokan HLA (human leucocyte antigent). HLA terdiri dari 6 komponen, dan antara donor dengan resipien harus sama persis. Untuk itu sering diperoleh dari saudara kandung atau saudara kembar. Begitupun sering sulit didapatkan, di samping kendala teknis terhadap pengambilan donor melalui operasi. Tipe transplantasi dari donor tersebut disebut allogenik. Perkembangan selanjutnya mengarah ke autolog dimana donor diusahakan dari diri pasien itu sendiri.