Yup, betul sekali, khusus untuk sembilan provinsi yang terdampak bencana! Seperti dilansir harian Umum Pikiran Rakyat (Sabtu, 31/10/2015), Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sumarna Surapranata, seusai rapat koordinasi penanggulangan dampak bencana asap menyampaikan bahwa UKG di sembilan provinsi yang terdampak bencana asap tidak perlu mengikuti jadwal nasional (9-27 November 2015), sehingga bisa ditunda sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing. Bisa Desember 2015 atau Januari 2016.
Lebih lanjut Sumarna mengatakan bahwa tunjangan profesi guru akan tetap dibayarkan pada guru-guru yang ada di daerah terdampak bencana tersebut tanpa terkena aturan kewajiban mengajar 24 jam. Selain itu, Kemendikbud juga akan memberikan bantuan sosial dalam bentuk block grant untuk Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Bantuan akan diberikan secara selektif kepada KKG/MGMP yang melakukan pengayaan atau remedial kepada siswa terdampak bencana asap.
Sementara itu, untuk pelaksanaan UKG di daerah lainnya tetap sesuai jadwal, yaitu tanggal 9-27 November 2015. Kartu peserta UKG dapat diambil secara kolektif di Dinas Pendidikan Kab./Kota masing-masing. Saya sendiri menjapat jadwal UKG hari Selasa, 17 November 2015 di SMPN 3 Cimahi pukul 07.30-10.00 WIB. Semoga sukses semuanya!
Rabu, November 04, 2015
Rabu, Oktober 28, 2015
Don't Worry, Hasil UKG Tidak Akan Mempengaruhi Tunjangan Profesi Guru
Menjelang pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) banyak guru merasa gelisah karena khawatir hasil UKG akan mempengaruhi Tunjangan Profesi Guru (TPG). Seperti dikutip dari HU Pikiran Rakyat edisi Rabu, 28 Oktober 2015, FGII melalui audiensi langsung kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud (Senin sore 26/10/2015) telah memastikan bahwa hasil UKG tidak dijadikan dasar untuk mereduksi TPG. UKG hanya digunakan sebagai pemetaan dan refleksi peningkatan kompetensi guru.
Jika ada guru yang tidak mencapai batas nilai kelulusan 5,5 poin atau modul tertentu, guru tersebut akan diikutsertakan dalam diklat untuk bagian-bagian tersebut yang dibiayai pemerintah.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata menegaskan, hasil UKG nanti tidak akan mempengaruhi TPG. Hasil UKG menurut dia merupakan diagnosis untuk mengukur kompetensi masing-masing guru.
Bagi guru yang kompetensinya kurang akan diberikan pembekalan melalui Pengembangan Profesi Berkelanjutan. Dalam program ini guru dikelompokkan sesuai kemampuannya. Guru dengan skor tinggi cukup mengikuti pembekalan wajib selama 4-10 jam. Sementara itu, yang meraih skor kurang akan mendapatkan lebih banyak jumlah jam pembekalan.
Jika ada guru yang tidak mencapai batas nilai kelulusan 5,5 poin atau modul tertentu, guru tersebut akan diikutsertakan dalam diklat untuk bagian-bagian tersebut yang dibiayai pemerintah.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata menegaskan, hasil UKG nanti tidak akan mempengaruhi TPG. Hasil UKG menurut dia merupakan diagnosis untuk mengukur kompetensi masing-masing guru.
Bagi guru yang kompetensinya kurang akan diberikan pembekalan melalui Pengembangan Profesi Berkelanjutan. Dalam program ini guru dikelompokkan sesuai kemampuannya. Guru dengan skor tinggi cukup mengikuti pembekalan wajib selama 4-10 jam. Sementara itu, yang meraih skor kurang akan mendapatkan lebih banyak jumlah jam pembekalan.
Selasa, Oktober 27, 2015
Ayo Mengecek Jadwal Uji Kompetensi Guru!
Mendekati waktu Uji Kompetensi Guru (UKG) tentunya alangkah lebih baik kalau Anda secepatnya memastikan kapan dan lokasi pelaksanaan UKG. Ada 2 cara untuk mengakses waktu pelaksanaan UKG.
Pertama, melalui laman http://gtk.kemdikbud.go.id/page/lembar-info-ptk-atau-lapor-tunjangan-dikdas.
Pertama, melalui laman http://gtk.kemdikbud.go.id/page/lembar-info-ptk-atau-lapor-tunjangan-dikdas.
Berikut ini ialah langkah-langkah cek data untuk melihat Lembar Info PTK
- Buka peramban dan ketik salah satu tautan aktif di bawah ini untuk menuju laman Lembar Info PTK
- Setelah salah satu lama info ptk di atas terbuka, maka untuk masuk ke dalam halaman verifikasi data guru/PTK caranya ialah sebagai berikut ini:
- Masukkan NUPTK sebagai UserID atau NRG (kalau Anda sudah mempunyai sertifikat pendidik).
- Masukkan tanggal lahir sebagai password dengan format penulisan YYYYMMDD di mana:
- Langkah selanjutnya ialah masukkan kode captcha yang berada di bawah password dengan benar
- Lakukan klik pada tombol “submit” kemudian silahkan tunggu laman verifikasi data termuat dengan sempurna
- Jika masih terdapat ketidaksesuaian data lembar info ptk dengan data asli maka lakukan pengecekan data di aplikasi dapodik, lakukan perbaikan data dan sync ulang/BSD.
i.YYYY= tahun lahir 4 digit
ii.MM = bulan 2 digit
iii.DD = tanggal lahir
iv.Contoh:
Tanggal lahir 10 januari 1968 maka cara menuliskannya ialah 1968011
Kedua, Anda dapat mengecek jadwal UKG Anda melalui laman http://sergur.kemdiknas.go.id/?pg=ukg15. Semoga Bermanfaat
Senin, Oktober 26, 2015
Info UKG Hari Ini
Kemarin dapat info dari grup Whatsapp. Belum tahu ini infonya benar atau hoax.
Mohon maaf...mohon untuk disebarkan dan diperhatikan......
Kepada seluruh sahabat yang berprofesi sebagai guru (termasuk kepsek dan pengawas sekolah) perlu kami informasikan hal-hal penting rencana pelaksanaan UKG 2015 sbb :
UKG 2015 akan dilaksanakn secara online dalam rentang waktu antara tgl 9 s.d. 27 Nov 2015 di tempat uji kompetensi guru (TUK G) kab/kota masing-masing
UKG 2015 wajib diikuti oleh semua guru (kepsek n pengawas) serentak se-Indonesia, baik guru PNS maupun non-PNS yang sudah memiliki NUPTK dan atau terdaftar di Dapodik.
UKG 2015 dilaksanakan dengan standar nilai minimal 5,5 bagi semua peserta n setiap tahun akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai nilai 8,0 di tahun 2018/2019.
Mulai 2015 ini, hasil UKG akan dijadikan bahan pertimbangan utk pengambilan kebijakan yang berkaitan dgn kenaikan pangkat, promosi jabatan, kebutuhan diklat, dll.
UKG 2015
Terkait butir (3) di atas, hasil UKG akan dibedakan menjadi bbrapa level berdasarkan tabel nilai yg diperoleh. Misalnya: level 1 (utk nilai 1-10), level 2 (21-30), level 3 (31-40), dst.
Untuk guru SD, soal UKG akan dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu soal untuk guru kelas bawah (1-3) dan soal untuk guru kelas tinggi (4-6). Sedangkan utk guru mapel (SMP, SMA, SMK) sesuai dengan mapel yg diampunya.
Guru yg tdk mengikuti UKG mereka secara otomatis tidak terdaftar di Dapodik. Hal ini akan berdampak pada pembayaran tunjangan profesi maupun utk mengikuti sertifikasi guru.
Semoga bermanfaat...
Petunjuk Pelaksanaan UKG 2015 (9-27 Nov) serentak se Indonesia utk semua guru sertifikasi maupun non sertifikasi, pns maupun non pns. File bs di download dan pelajari di link
-https://drive.google.com/file/d/0B5cLyJPUomqXY0lmOWpuVC1QZjQ/view?pli=1
Penjaskes.pdf
-https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QENm92U0x4YlEyRjg/view?usp=docslist_api
Sejarah.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEMzRHOHVQVHNiUXc/view?usp=docslist_api
KIMIA.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZFRIM25lcWNTUTg/view?usp=docslist_api
PKN.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QESjZnMWdhdjEyUk0/view?usp=docslist_api
Ekonomi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZUE2Y3Q0b2Fuc3c/view?usp=docslist_api
Pedoman ukg.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEaXZoaTlsRF80NnM/view?usp=docslist_api
Bimbingan Konseling.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdTRfVG0wRWdudGM/view?usp=docslist_api
Bahasa Inggris.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QELXItdlJVWnlJamM/view?usp=docslist_api
Fisika.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEQjVoaGNRd2Z2MTQ/view?usp=docslist_api
Bahasa Indonesia.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEWUF4UFFLaDFwbzg/view?usp=docslist_api
Geografi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZDY0MUlsYWdqYjA/view?usp=docslist_api
Antropologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEa2o1LVlJU1ZSWXc/view?usp=docslist_api
Sosiologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdmRGMllVa1lZYTA/view?usp=docslist_api
Bahasa Jepang.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZGpCOEpDUUhlUzQ/view?usp=docslist_api
Matematika.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEU3BqMGZtZkhCdGs/view?usp=docslist_api
Biologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEbXNzaGU0UnNySmM/view?usp=docslist_api
Seni Rupa.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdi1yc2hlN0d2RVE/view?usp=docslist_api
Mohon maaf...mohon untuk disebarkan dan diperhatikan......
Kepada seluruh sahabat yang berprofesi sebagai guru (termasuk kepsek dan pengawas sekolah) perlu kami informasikan hal-hal penting rencana pelaksanaan UKG 2015 sbb :
UKG 2015 akan dilaksanakn secara online dalam rentang waktu antara tgl 9 s.d. 27 Nov 2015 di tempat uji kompetensi guru (TUK G) kab/kota masing-masing
UKG 2015 wajib diikuti oleh semua guru (kepsek n pengawas) serentak se-Indonesia, baik guru PNS maupun non-PNS yang sudah memiliki NUPTK dan atau terdaftar di Dapodik.
UKG 2015 dilaksanakan dengan standar nilai minimal 5,5 bagi semua peserta n setiap tahun akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai nilai 8,0 di tahun 2018/2019.
Mulai 2015 ini, hasil UKG akan dijadikan bahan pertimbangan utk pengambilan kebijakan yang berkaitan dgn kenaikan pangkat, promosi jabatan, kebutuhan diklat, dll.
UKG 2015
Terkait butir (3) di atas, hasil UKG akan dibedakan menjadi bbrapa level berdasarkan tabel nilai yg diperoleh. Misalnya: level 1 (utk nilai 1-10), level 2 (21-30), level 3 (31-40), dst.
Untuk guru SD, soal UKG akan dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu soal untuk guru kelas bawah (1-3) dan soal untuk guru kelas tinggi (4-6). Sedangkan utk guru mapel (SMP, SMA, SMK) sesuai dengan mapel yg diampunya.
Guru yg tdk mengikuti UKG mereka secara otomatis tidak terdaftar di Dapodik. Hal ini akan berdampak pada pembayaran tunjangan profesi maupun utk mengikuti sertifikasi guru.
Semoga bermanfaat...
Petunjuk Pelaksanaan UKG 2015 (9-27 Nov) serentak se Indonesia utk semua guru sertifikasi maupun non sertifikasi, pns maupun non pns. File bs di download dan pelajari di link
-https://drive.google.com/file/d/0B5cLyJPUomqXY0lmOWpuVC1QZjQ/view?pli=1
Penjaskes.pdf
-https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QENm92U0x4YlEyRjg/view?usp=docslist_api
Sejarah.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEMzRHOHVQVHNiUXc/view?usp=docslist_api
KIMIA.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZFRIM25lcWNTUTg/view?usp=docslist_api
PKN.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QESjZnMWdhdjEyUk0/view?usp=docslist_api
Ekonomi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZUE2Y3Q0b2Fuc3c/view?usp=docslist_api
Pedoman ukg.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEaXZoaTlsRF80NnM/view?usp=docslist_api
Bimbingan Konseling.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdTRfVG0wRWdudGM/view?usp=docslist_api
Bahasa Inggris.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QELXItdlJVWnlJamM/view?usp=docslist_api
Fisika.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEQjVoaGNRd2Z2MTQ/view?usp=docslist_api
Bahasa Indonesia.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEWUF4UFFLaDFwbzg/view?usp=docslist_api
Geografi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZDY0MUlsYWdqYjA/view?usp=docslist_api
Antropologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEa2o1LVlJU1ZSWXc/view?usp=docslist_api
Sosiologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdmRGMllVa1lZYTA/view?usp=docslist_api
Bahasa Jepang.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEZGpCOEpDUUhlUzQ/view?usp=docslist_api
Matematika.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEU3BqMGZtZkhCdGs/view?usp=docslist_api
Biologi.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEbXNzaGU0UnNySmM/view?usp=docslist_api
Seni Rupa.pdf
- https://drive.google.com/file/d/0B6m3ILTfm5QEdi1yc2hlN0d2RVE/view?usp=docslist_api
Minggu, Oktober 25, 2015
The Use of Popular Movie Clips in Learning of Human Excretion System
SMP Negeri 2 Cimahi
Abstract
Learning by using multimedia
clasically, often cause students’ boredom because the program is controlled by
the teacher. To solve this problem, i propose an alternative solution by
inserting a popular inspirational movie clips. The movie has to match with the learning
topic and will be packed in the form of PowerPoint slides. The objective of
this study is to disclose the multimedia-based learning by inserting a popular
movie to the students’ concept mastering in learning of Excretion System. One class (46 students of 9th
grade) were involved in this study. From the post test, it was found that
students’ mean score reaches 82,89; with 85 % of students reaches Kriteria
Ketuntasan Minimum (score 70). Based on
student responses in the questionnaire is also known that films showing
increasing students’ enthuasiasm, students’ interest, helps students in
learning and motivate them to achieve their future goals.
Keywords:
Popular movie clips, concepts mastery, excretion system
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai
pendidik merupakan jabatan profesional. Karena itu profesionalisme guru
dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Guru yang profesional dapat memanfaatkan kemajuan iptek dalam
pendidikan.
Sebagai upaya memanfaatkan kemajuan iptek dalam
pembelajaran, guru yang melek teknologi tentu tidak ragu untuk menggunakan
komputer sebagai media pembelajaran. Dengan berbagai keistimewaan yang
dimilikinya, komputer memiliki
kemampuan untuk menyampaikan informasi atau ide-ide yang
terkandung dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Dalam melaksanakan pembelajaran berbantuan komputer, minimnya
jumlah perangkat komputer yang tersedia di sekolah sudah tidak terlalu menjadi
kendala. Guru dapat memanfaatkan LCD proyektor
sebagai sebuah alat bantu tayang lebar di dalam kelas. Model pembelajaran
demikian dinamakan model klasikal (selektif) (Kariadinata, 2009). Terlebih
dengan keberadaan perangkat lunak presentasi seperti Microsoft
Office PowerPoint penyajian materi ajar dapat semakin
bervariasi.
Program Microsoft Office PowerPoint dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran karena kemampuannya menampilkan menu-menu yang
berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu
tersebut adalah menu animasi, menu untuk memasukkan (import file) suara, video, dan gambar animasi, serta menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara
satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan
program Microsoft Office PowerPoint tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan
menjadi tutor (Soekisno, 2007).
Akan tetapi,
pembelajaran dengan menggunakan multimedia yang dilakukan secara klasikal
rentan sekali menimbulkan kebosanan belajar pada siswa karena program
dikendalikan oleh guru. Jika siswa bosan, semangat belajarnya akan menurun.
Tentunya siswa
menginginkan variasi dalam proses pembelajaran, sehingga belajar lebih menarik
dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan
menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan
lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap
konsentrasi dan termotivasi (Decentralized Basic Education, 2007). Salah satu
upaya untuk memunculkan variasi dalam pembelajaran biologi ialah dengan
menyisipkan cuplikan film populer
inspiratif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk slide PowerPoint.
Film
populer yang dipilih berjudul Forrest Gump. Inilah film yang banyak mengandung pesan moral juga
berhasil meraih Oscar untuk berbagai kategori. Cerita yang sederhana, tentang
kisah nyata Forrest Gump (tokoh dewasa diperankan oleh Tom Hanks), sang pemuda
dengan IQ rendah. Kendati ia sering dicemooh atas kekurangannya tapi dia selalu berusaha keras dan menjadi orang terbaik
di bidang yang dikuasainya. Forrest
menjadi pelari yang sangat cepat sehingga dia masuk ke dalam tim football Amerika dan menghantarkan tim
tersebut memenangkan pertandingan dengan kemampuannya berlari cepat. Berkat
didikan ibunya yang tidak mau menyerah dengan kondisi fisik Forrest yang cacat
kaki dan kondisi mentalnya yang terbelakang, Forrest menjadi manusia yang tegar
yang menganggap dirinya tidaklah berbeda dengan orang normal lainnya. Film ini
ingin mengajarkan bahwa seorang yang ‘tidak sempurna’ dapat menghadapi
kehidupan yang sulit dan melewatinya.
Dalam
sebuah adegan, Forrest kecil dicemooh dan dilempari oleh teman-temannya. Atas
desakan sahabatnya, untuk menyelamatkan diri, Forrest nekat berlari
sekencang-kencangnya (gambar 1). Demikianlah cuplikan film berdurasi 2 menit 24
detik yang ditayangkan dalam pembelajaran.
Selain film
Forrest Gump, film lainnya yang ditampilkan dalam pembelajaran adalah film
animasi berdurasi pendek (4 menit 15 detik) berjudul Boundin'. Film ini bercerita
mengenai domba yang terpaksa kehilangan rambutnya karena dicukur manusia. Ia
merasa rendah diri dengan kulitnya yang tampak berwarna pink sehingga ia enggan
lagi menari untuk menghibur teman-temannya. Namun berkat nasehat dari ‘kelinci
bertanduk’ yang ditemuinya ia menjadi optimis, bahkan dapat menari dan meloncat
lebih tinggi (gambar 2). Cuplikan film Forrest Gump dan Boundin' kemudian dikaitkan dengan kerja
paru-paru, kelenjar keringat, dan ginjal sebagai alat ekskresi pada manusia.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di muka, maka dilakukan penelitian yang
bertujuan mengkaji pembelajaran berbasis
multimedia dengan penyisipan film populer terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi Sistem Ekskresi. Diharapkan melalui pembelajaran ini, penguasaan konsep
siswa meningkat dan siswa dapat mengambil pesan moral dari cuplikan film yang
akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.
METODOLOGI
Penelitian yang
dilaksanakan di semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 ini melibatkan siswa kelas IX sebanyak satu kelas,
yang terdiri atas 46 siswa. Materi pelajaran dijabarkan dalam bentuk teks,
gambar statis berbagai organ ekskresi pada manusia, serta cuplikan film Forrest
Gump (gambar 1) dan Boundin’ (gambar 2).
Gambar
1. Forrest Kecil Melarikan Diri Ketika Dikejar dan Dicemooh oleh Teman-temannya
Gambar
2. Meskipun Rambutnya Dicukur Paksa, Domba Pink Ternyata Mampu Meloncat Lebih
Tinggi
Penayangan materi pelajaran dikemas
dalam bentuk slide presentasi Powerpoint. Pembelajaran dilakukan
selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya berlangsung 80 menit.
Untuk
mengukur penguasaan konsep siswa dilakukan tes akhir dengan menggunakan
instrumen berupa soal objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan.
Penyebaran angket juga dilakukan untuk menjaring respon siswa terhadap program
multimedia yang ditayangkan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berikut
merupakan hasil analisis statistika deskriptif penguasaan konsep siswa pada
materi sistem ekskresi pada manusia.
Tabel
1. Statistik Deskriptif Penguasaan Konsep Siswa
JUMLAH
SUBJEK
|
NILAI
MINIMUM
|
NILAI
MAKSIMUM
|
RERATA
NILAI
|
46
|
50
|
100
|
82,89
|
Selanjutnya data nilai siswa
diklasifikasikan dan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel
2. Nilai Penguasaan Konsep Siswa
RENTANG
NILAI
|
JUMLAH
SISWA
|
PERSENTASE
JUMLAH SISWA (%)
|
50-59
|
3
|
6,52
|
60-69
|
4
|
8,70
|
70-79
|
11
|
23,91
|
80-89
|
10
|
21,74
|
≥ 90
|
18
|
39,13
|
Kemudian masing-masing siswa, nilainya
dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA
(sebesar 70) lalu dihitung persentasenya.
Gambar
3. Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM dan Belum Mencapai KKM
Melalui
tabel 1 diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum yang diperoleh siswa secara
berturut-turut sebesar 50 dan 100 dengan rerata nilai sebesar 82,89. Sebanyak
85 % siswa berhasil mencapai KKM (gambar 3). Persentase tersebut melampaui
kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh Depdiknas (2006 dalam
MAN Insan Cendekia, 2006), yaitu sebesar 75 %. Mayoritas siswa (39,13 %)
nilainya mencapai ≥ 90 (tabel
2).
Slameto
(2003) mengemukakan ada dua faktor besar yang mempengaruhi belajar, yaitu
faktor intern dan ekstern. Faktor intern di antaranya meliputi perhatian,
minat, dan motivasi. Cuplikan film yang dibangun oleh gambar dan suara dengan
dilengkapi aspek dinamis lebih mampu untuk menarik perhatian dan memotivasi
siswa (Lowe, 2001). Pernyataan ini beralasan karena pada dasarnya manusia menyukai sesuatu yang dinamik dan bukannya statik
(Suheri, 2006).
Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar selalu
menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan
sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai
sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007). Hasil analisis respon siswa
pada angket turut mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan para ahli.
Sejumlah 100 % siswa menyampaikan bahwa tayangan film telah berhasil
membangkitkan minatnya mempelajari sistem ekskresi
Satu faktor intern lainnya
adalah motivasi. Nasution (1986) dan Ena (2006) sepakat bahwa penggunaan
berbagai bentuk media pembelajaran dapat memotivasi siswa. Motivasi yang tinggi
sangat esensial dalam mewujudkan kondisi belajar yang baik (Nasution, 1986) sebab
motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa
(Hamalik, 2007). Banyak kemampuan siswa tidak berkembang dikarenakan tidak
diperolehnya motivasi yang tepat. Motivasi belajar perlu diusahakan, terutama
yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik). Seluruh siswa (100 % siswa)
mengungkapkan bahwa cuplikan film telah meningkatkan semangat mereka dalam
mempelajari Sistem Ekskresi pada Manusia. Penggunaan tayangan film yang secara
eksplisit menunjukkan aspek-aspek dinamis mampu membantu membangkitkan rasa
ingin tahu siswa dan keinginannya untuk melakukan eksplorasi.
Sebanyak 95,35 % siswa
juga menuturkan bahwa cuplikan film membantu mereka dalam belajar dan memahami
materi pelajaran. Belajar
dengan menggunakan tayangan film memperkecil kemungkinan siswa merasa bosan mengkaji
materi pelajaran. Demikian yang diungkapkan oleh 93,02 %
siswa. Hal ini tercermin dari fokusnya siswa dalam belajar. Sebanyak 93,02 % siswa menyatakan cuplikan film membantu memfokuskan
perhatian mereka dalam belajar.
Selain faktor intern,
terdapat pula faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu metode dan
alat ajar (Slameto, 2003). Kegiatan pembelajaran konsep sistem ekskresi dengan menyisipkan
cuplikan film populer merupakan metode dan alat ajar yang baru diterapkan dalam
pembelajaran biologi. Adanya variasi metode dan alat ajar membuat belajar
lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran
akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar
dengan lebih berhasil
(Rachman, 2006).
Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (DBE, 2007).
Lebih
lanjut lagi, 97,674 % siswa
menyatakan kehidupan tokoh utama di film memotivasi mereka untuk semangat dan
bekerja keras meraih cita-cita. Berikut petikan komentar yang diungkapkan siswa,
di antaranya:
KESIMPULAN
Melalui pembelajaran berbasis multimedia
dengan penyisipan cuplikan film populer, diperoleh rerata nilai penguasaan konsep siswa mencapai 82,89 dimana nilai dari 85 % siswa berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum. Pembelajaran demikian juga meningkatkan semangat dan minat siswa,
membantu siswa belajar dan memotivasi siswa dalam mewujudkan cita-citanya.
DAFTAR PUSTAKA
Decentralized
Basic Education. (2007). Upaya yang Lebih Baik dalam Memotivasi Siswa untuk Belajar. [Online].
Tersedia: http://www.dbe-usaid.org [13 September 2009]
Ena,
O. (2006). Membuat Media Pembelajaran
Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc
[14
September 2007].
Hamalik,
O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kariadinata,
R. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multimedia. [Online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=83 [13 September 2009]
Lowe,
R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving
Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN
Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online].
Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61
[15 Juli 2008].
Nasution,
S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung:
Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran.
Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto.
(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno,
R. (2007). Pengembangan ICT dalam
Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri,
A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman.
Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf
[2 Juni 2007].
Lowe, R(2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].
Sabtu, Oktober 24, 2015
Alert, UKG Sebentar Lagi! Ini Dia Latihan Soal Uji Kompetensi Guru 2015
Bulan November sebentar lagi. Ini tandanya tinggal 2 minggu lagi para guru menghadapi Uji Kompetensi Guru. Kompetensi guru dalam bidang pedagogik dan profesi tahun ini kembali diuji. Tentunya kita sebagai guru ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin, meskipun tahun ini pemerintah hanya menargetkan rata-rata nilai 55. Untuk mengecek jadwal pelaksanaan UKG, Anda dapat melihatnya di http://info.gtk.kemdikbud.go.id/.
Sebagai panduan belajar, berikut kisi-kisi UKG IPA tahun 2015
Beberapa blog telah mengunggah contoh soal latihan pedagogik. Saya mencoba menampilkannya di sini. Semoga bermanfaat.
Sebagai panduan belajar, berikut kisi-kisi UKG IPA tahun 2015
Beberapa blog telah mengunggah contoh soal latihan pedagogik. Saya mencoba menampilkannya di sini. Semoga bermanfaat.
Jumat, Oktober 23, 2015
RPP IPA Kurikulum 2013
Minggu lalu saya mengikuti Workshop Kurikulum 2013 (Kurtilas) di SMPN 1 Cimahi. Workshop dilaksanakan selama 2 hari dengan agenda sosialisasi pelaksanaan Kurtilas kepada 5 sekolah yang termasuk cluster 1 di lingkungan Kota Cimahi, yaitu SMP 1 sebagai sekolah induk pelaksana Kurtilas, SMP 3 sebagai sekolah sasaran, dan sekolah imbas (SMP 2, SMP 6, dan SMP 9). Salah satu kegiatan dari Workshop ini adalah menyusun RPP yang sesuai dengan Kurtilas.
Perbedaan yang mendasar dari Kurtilas dengan Kurikulum 2006 ialah penerapan pendekatan ilmiah (sientific approach), penilaian mencakup 3 ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Kompetensi Inti menggantikan Standar Kompetensi, tidak perlu mencantumkan tujuan pembelajaran (cukup indikator saja).
Berikut merupakan contoh RPP IPA yang telah saya susun. Semoga bermanfaat.
Dapat diunduh di sini.
Perbedaan yang mendasar dari Kurtilas dengan Kurikulum 2006 ialah penerapan pendekatan ilmiah (sientific approach), penilaian mencakup 3 ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Kompetensi Inti menggantikan Standar Kompetensi, tidak perlu mencantumkan tujuan pembelajaran (cukup indikator saja).
Berikut merupakan contoh RPP IPA yang telah saya susun. Semoga bermanfaat.
Dapat diunduh di sini.
Rabu, Oktober 21, 2015
The Implementation of Flipped Classroom in Genetics Substantive Matter to Overcome Slow Learner’s Problems
Cece
Sutia1 and Gita Nurul Puspita2
1 SMAN 1 Sindangkerta
2 SMPN 2 Cimahi
ABSTRACT
The flipped
classroom is a pedagogical model in which the typical lecture and homework elements of a course are reversed. This research has aim to
disclose the implementation of flipped classroom to study Genetics Substantive in SMAN 1 Sindangkerta year 2011/2012. One
class (40 students of 12th grade) was involved in this study. Data were
collected by using tests and motivation questionnaires. Based on descriptive
statistical result, the student’s cognitive test categorized as ‘good’ (Average Score = 79.85) in which 87.5 % of student
reaches The Minimum Standard (KKM = 70) and student’s motivation categorized as ‘good’ as well (3.10). It can
be concluded that flipped classroom can overcome slow learner’s problems.
According to this study, it is suggested to science teachers to use video or
animation with Indonesian subtitle. Furthermore, it will be better if the
teachers make their own video that is suitable for their students need.
Keywords: Flipped
classroom, genetics substantive, slow learner, student’s motivation, 12th
grade student
PENERAPAN FLIPPED LEARNING PADA MATERI SUBSTANSI GENETIKA UNTUK MENGATASI
KESULITAN SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji penerapan flipped classroom pada materi Substansi Genetika
di SMAN
1 Sindangkerta tahun pelajaran 2011/2012. Satu kelas (40 siswa kelas XII
IPA) dilibatkan dalam penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan
tes dan angket
motivasi. Hasil analisis
data melalui statistik deskriptif menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa tergolong kategori baik (dengan nilai rata-rata 79,85) dimana
87,5 % siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) dan motivasi
belajar siswa tergolong kategori baik juga (3,10). Hasil studi ini menunjukkan
bahwa penerapan flipped classroom dapat
mengatasi kesulitan siswa yang lambat belajar. Disarankan agar guru menggunakan
video atau animasi yang berbahasa Indonesia untuk lebih mempermudah siswa dalam
memahami konsep-konsep abstrak bahkan lebih baik jika guru membuat video pembelajaran
sendiri sesuai karakteristik siswanya.
Kata kunci: flipped classroom, substansi genetika, hasil
belajar, motivasi siswa, siswa kelas XII
1. Pendahuluan
Mengajar di kelas dengan siswa yang
heterogen dalam kemampuan berpikir menjadi tantangan tersendiri, khususnya
ketika menghadapi siswa yang lambat belajar (slow
learner) (Borah, 2013). Shaw (2010)
memaparkan bahwa anak slow learner sedikit
berbeda dengan anak normal tapi saat di sekolah mereka lambat dalam memahami
materi pelajaran. Mereka sulit memahami hal-hal yang abstrak juga mengalami
kesulitan saat harus mentransfer atau menerapkan konsep yang diajarkan ke dalam
situasi baru. Selain itu mereka mengalami hambatan dalam mengatur waktu
belajar, sehingga seringkali terlambat dalam menyelesaikan tugas. Malik, Rehman,
dan Hanif (2012) menambahkan hasil ulangan harian slow
learner lebih rendah dari rata-rata yang biasanya mampu dicapai oleh teman-teman
sebayanya.
Konsep substansi genetika merupakan
salah satu konsep yang bersifat kompleks dan rumit. Hal ini dikarenakan materi
tersebut berisi tentang kromosom, DNA dan RNA yang berukuran ultramikroskopik.
Siswa slow learner memerlukan waktu
yang lebih banyak untuk dapat memahami proses-proses yang terjadi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka dapat diterapkan model flipped classroom.
Menurut Educause (2012) flipped classroom merupakan suatu model
pedagogik dimana waktu pelaksanaan kegiatan tatap muka di kelas dan pengerjaan
tugas dibalik. Video singkat tentang materi pelajaran disimak oleh siswa di
rumah sebelum mereka mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran di
kelas dikhususkan untuk mengerjakan tugas-tugas berupa latihan, simulasi,
proyek atau diskusi. Penggunaan video pelajaran menjadi karakteristik dalam flipped approach. Herreid dan Schiller (2013) memaparkan bahwa flipped approach dianggap menarik karena
melibatkan penggunaan internet termasuk video dan audio yang dinarasikan oleh
tokoh-tokoh yang berkompeten. Video
ini dapat dibuat sendiri oleh guru kemudian diunggah secara online atau guru dapat memilih video
yang sudah ada di channel Youtube.
2.
Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu kelas XII IPA SMAN 1
Sindangkerta tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 40 orang
siswa. Subjek
penelitian ini dipilih berdasarkan hasil rata-rata ulangan harian pada tahun
2011 di SMAN 1 Sindangkerta sebesar 73,60 dan yang lulus KKM hanya 62,50% (KKM
= 70).
Sebelum kegiatan pembelajaran siswa
diminta untuk menyimak video animasi Substansi Genetika di Youtube Channel yang sudah ditentukan guru. Bagi siswa yang tidak
memiliki akses internet di rumahnya, guru memberikan soft copy video tersebut agar siswa dapat melihatnya secara offline di rumah. Durasi video tersebut tidak lebih dari 20
menit. Saat tatap muka di kelas siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan mengenai konsep-konsep yang telah dipelajari di rumah dan
mendiskusikannya di kelas dengan bimbingan guru. Kemudian guru memberikan
latihan soal untuk memperdalam pemahaman siswa.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
pengumpulan data penelitian, yaitu: (1) hasil belajar siswa dikumpulkan
menggunakan tes objektif (post-test), dan (2) motivasi
belajar siswa dikumpulkan dengan teknik pemberian
angket. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
statistik deskriptif.
3.
Hasil dan Pembahasan
Berikut merupakan hasil analisis
statistika deskriptif untuk ketuntasan hasil belajar.
Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar
Keterangan
|
% Ketuntasan (KKM
= 70)
|
Nilai Rata-Rata
|
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||
Hasil belajar siswa
|
87,50
|
13,50
|
79,85
|
Selanjutnya angket motivasi siswa dianalisis dan ditampilkan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel
2. Rekapitulasi
Skor Angket Motivasi Belajar Siswa
Rata-rata skor
|
Rata-rata skor
keseluruhan
|
|||
Attention
|
Relevance
|
Confidence
|
Satisfaction
|
|
3.25
|
3,09
|
2,96
|
3,10
|
3,10
|
Berdasarkan Tabel. 1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi
substansi genetika menunjukkan hasil yang memuaskan yaitu rata-ratanya 79,85
dengan tingkat ketuntasan mencapai 87,50%. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil
tersebut tergolong kategori baik (Arikunto, 2010). Hasil ini lebih baik dari
tahun sebelumnya dengan rata-rata
ulangan harian pada tahun 2011 di SMAN 1 Sindangkerta adalah 73,60 dan yang
lulus KKM sebanyak 62,50%.
Materi Substansi Genetika dapat
dikatakan tergolong rumit dan kompleks. Bahkan dapat dikatakan bersifat abstrak
akibat ukurannya yang ultramikroskopis. Materi ini bersifat abstrak sehingga
diperlukan penggambaran objek secara visual.
Media animasi hampir serupa dengan media gambar
karena sama-sama bersifat media visual. Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan O’Day (2006), penayangan animasi dilakukan secara personal yang
diakses melalui situs internet sehingga siswa dapat menyimak secara lebih jelas
dengan pemberian kontrol waktu penayangan. Ternyata hasilnya menunjukkan
kelompok siswa yang menyimak animasi dengan waktu yang lebih lama mendapatkan
nilai test yang lebih tinggi.
Penerapan flipped classroom memberikan keleluasaan
kepada siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri sehingga slow learners memiliki waktu yang lebih
banyak untuk mengulang video pembelajaran sampai mereka lebih memahami
konsep-konsep yang disajikan. Sebaliknya, pada kelas tradisional siswa berusaha
sangat keras untuk memahami penjelasan yang disampaikan guru. Mereka jarang dapat
meminta guru berhenti dan meminta guru untuk mengulangi penjelasannya. Apalagi slow learner cenderung tidak percaya
diri ketika mengungkapkan ide (Reddy, Ramar, dan Kusuma, 2006 dalam
Purwaningtyas, 2014).
Kegiatan tatap muka dengan
guru yang diisi dengan pengerjaan tugas, diskusi kelas untuk pendalaman materi
memberikan pandangan yang lebih baik kepada guru agar lebih mengenali gaya
belajar siswanya. Penggunaan waktu belajar di kelas pun menjadi lebih efektif
dan lebih kreatif (Herreid dan Schiller, 2013).
Melalui
pembelajaran menggunakan media animasi, siswa belajar dengan menggunakan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dan memperhatikan suatu proses yang
bergerak (simulasi proses) sehingga lebih mudah untuk memahami materi. Mayer
(dalam O’Day, 2006) telah membuktikan bahwa siswa belajar lebih efektif bila
ada penggabungan antara kata-kata dengan gambar secara audio-visual (efek
multimedia) daripada hanya sekedar teks bacaan bahkan yang dilengkapi gambar
(efek kedekatan spasial). Hal
ini dapat terjadi karena banyak organ sensori siswa yang aktif terlibat (Sugapriya
dan Ramachandran, 2011)
Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar
selalu menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan
sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai
sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007).
Hasil yang didapat dari pengisian angket yaitu seluruh
siswa mencapai kategori motivasi belajar yang baik dengan rata-rata skor
keseluruhan 3,10 dari skor maksimal 4,00
(Tabel. 2). Ditinjau dari aspek motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence and
Satisfaction) menurut Keller (2006), secara umum seluruh aspek meraih kategori yang baik dengan
rata-rata skor keseluruhan 3,25 untuk perhatian (attention), 3,09 untuk relevansi (relevance), 2,96 untuk percaya diri (confidence)
dan 3,10
untuk aspek kepuasan (satisfaction) (Tabel 2). Ini berarti penggunaan media animasi dalam pembelajaran dapat
membuat motivasi belajar siswa tinggi. Media animasi memang memiliki keunikan
tersendiri dalam segi tampilan ditambah lagi dengan penayangannya secara audio
visual.
Menurut
Sanaky (2011) melalui sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik
tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi siswa untuk belajar. Berikut
ini pembahasan lebih rinci mengenai rekapitulasi hasil perolehan skor untuk
masing-masing aspek motivasi belajar dan pembahasan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Hasil
pengisian angket untuk pernyataan aspek perhatian menunjukkan kategori baik.
Hal ini semakin menguatkan bahwa penggunaan media animasi sebagai media audio-visual dalam pembelajaran dapat
memunculkan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Livie dan Lentz
(1982) (dalam Sanaky, 2011) mengemukakan salah satu dari empat fungsi media
pembelajaran khususnya media visual adalah fungsi perhatian.
Fungsi
perhatian berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengarahkan
perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Menurut Keller (2000), untuk tetap mempertahankan perhatian siswa perlu dibuat
suatu upaya tertentu yang merangsang keingintahuan siswa terhadap hal tersebut.
Menggunakan media animasi dalam pembelajaran dapat dijadikan salah satu
strategi yang baik untuk meningkatkan perhatian siswa bila dilihat dari hasil
yang didapat melalui pembelajaran yang telah dilakukan.
Hasil
pengisian angket untuk pernyataan aspek relevansi
menunjukkan kategori baik. Hasil ini menunjukkan
bahwa secara keseluruhan siswa yakin bahwa pembelajaran ini memiliki kesesuaian
dengan kebutuhan siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Menurut Keller (2000) walaupun rasa ingin tahu telah terbangun, motivasi
belajar akan berkurang apabila isi dari pembelajaran tidak bernilai atau tidak
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Hasil angket menyatakan bahwa
terdapat kata-kata yang tidak dimengerti selama
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan Bahasa Inggris dalam
media animasi yang digunakan.
Sejumlah
siswa yang mengisi bagian essay
pada angket motivasi belajar menyatakan kekurangan dari media animasi yang
digunakan adalah bahasanya yang menggunakan bahasa Inggris serta tidak
dilengkapi subtitle dalam bahasa
Indonesia.
Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode dan kondisi
pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan
menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang
digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanaky,
2011).
Pernyataan
kategori percaya diri yang terdapat dalam angket motivasi memperoleh rata-rata skor siswa
secara keseluruhan menunjukkan hasil yang paling rendah dibandingkan aspek yang
lainnya. Namun dengan mayoritas
siswa yang masih berada dalam kisaran kategori baik menunjukkan bahwa siswa
memiliki percaya diri yang cukup tinggi untuk dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Keller (2000), rasa
percaya diri akan menguatkan siswa untuk memiliki harapan yang positif dalam
meraih kesuksesan.
Hasil pengisian angket untuk pernyataan aspek kepuasan menunjukkan
kategori baik. Menggunakan media animasi dalam pembelajaran membuat siswa merasa
puas dengan proses belajar yang dilakukannya. Siswa merasa nyaman dan menikmati
pembelajaran ketika penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan media
animasi. Media animasi sebagai media audio-visual
memiliki fungsi afektif yang dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
pembelajar ketika belajar. Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah
emosi dan sikap pembelajar (Sanaky, 2011).
4.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerapan flipped classroom dapat mengatasi kesulitan siswa yang lambat
belajar dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Disarankan agar guru
menggunakan video atau animasi yang berbahasa Indonesia untuk lebih mempermudah
siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak bahkan lebih baik jika guru membuat
media pembelajaran sendiri sesuai karakteristik siswanya.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Borah, R. R. (2013). Slow Learners: Role of Teachers and Guardians in Honing
their Hidden Skills. Dalam International Journal
of Educational Planning & Administration. [Online], Volume 3, Number 2,
hal. 139-143. Tersedia: http://www.ripublication.com/ijepa/ijepav3n2_04.pdf [5 Juli 2015)
Educause. (2012). Seven Things You Should Know About Flipped Classroom. [Online].
Tersedia: https://net.educause.edu/ir/library/pdf/eli7081.pdf
[28 Juni 2015]
Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herreid, C. F. dan Schiller, N. A. (2013). Case Studies and the Flipped
Classroom. Dalam Journal of College
Science Teaching. [Online], Vol. 42, No. 5., hal. 62-66. Tersedia: http://www.aacu.org/sites/default/files/files/PKAL_regional/CRWG-SPEE-REF-01.pdf [5 Juli 2015]
Keller, J. 2000. How
to Integrate Learner Motivation Planning into Lesson Planning: The ARCS Model
Approach. [Online]. Tersedia : http://www.arcsmodel.com. [9 September 2012].
Keller, J.
2006. What Is Motivational Design? [Online]. Tersedia: http://www.arcsmodel.com. [9 September 2012].
Malik, N.
I., Rehman G., dan Hanif. R. (2012). Effect of Academic
Interventions on the Developmental Skills of Slow Learners. Dalam Pakistan Journal of Psychological Research.
[Online], Vol. 27, No. 1, hal. 135-151. Tersedia: http://search.proquest.com/pqrl/docview/1019967689/fulltextPDF/FA177B4B464C87PQ/3?accountid=158194 [28 Juni 2015]
O’Day, D. H.
2006. Animated Cell Biology: A Quick and
Easy Method for Making Effective, High-Quality Teaching Animations.
[online]. Tersedia: http://www.cellbiologyeducation.com. [12 Februari 2011].
Purwaningtyas,
M. (2014). Strategi Pembelajaran Anak
Lamban Belajar (Slow Learners) di Sekolah Inklusi SD Negeri Giwangan
Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/14353/1/SKRIPSI.pdf [28 Juni 2015]
Sanaky,
H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Kaukaba.
Shaw, R. S. (2010). Rescuing Students From the Slow Learner Trap. Dalam Principal Leadership. [Online], Februari
2010, hal. 12-16. Tersedia: http://www.nasponline.org/resources/principals/Slow_Learners_Feb10_NASSP.pdf [6 Juli 2015]
Slameto.
(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugapriya, G. dan Ramachandran, C. (2011). Assessing Visual Memory in Slow Learners
by Teaching with Computer Animated Models. Dalam International Journal of Biological and Medical Research. [Online],
Vol. 2(4), hal. 946 – 949. Tersedia: www.biomedscidirect.com [28 Juni 2015]
Langganan:
Postingan (Atom)