Minggu, Oktober 25, 2015

The Use of Popular Movie Clips in Learning of Human Excretion System

Gita Nurul Puspita
SMP Negeri 2 Cimahi

Abstract

Learning by using multimedia clasically, often cause students’ boredom because the program is controlled by the teacher. To solve this problem, i propose an alternative solution by inserting a popular inspirational movie clips. The movie has to match with the learning topic and will be packed in the form of PowerPoint slides. The objective of this study is to disclose the multimedia-based learning by inserting a popular movie to the students’ concept mastering in learning of  Excretion System. One class (46 students of 9th grade) were involved in this study. From the post test, it was found that students’ mean score reaches 82,89; with 85 % of students reaches Kriteria Ketuntasan Minimum (score 70). Based on   student responses in the questionnaire is also known that films showing increasing students’ enthuasiasm, students’ interest, helps students in learning and motivate them to achieve their future goals.

Keywords: Popular movie clips, concepts mastery, excretion system

PENDAHULUAN
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Karena itu profesionalisme guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang profesional dapat memanfaatkan kemajuan iptek dalam pendidikan.
Sebagai upaya memanfaatkan kemajuan iptek dalam pembelajaran, guru yang melek teknologi tentu tidak ragu untuk menggunakan komputer sebagai media pembelajaran. Dengan berbagai keistimewaan yang dimilikinya, komputer memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Dalam melaksanakan pembelajaran berbantuan komputer, minimnya jumlah perangkat komputer yang tersedia di sekolah sudah tidak terlalu menjadi kendala.  Guru dapat memanfaatkan LCD proyektor sebagai sebuah alat bantu tayang lebar di dalam kelas. Model pembelajaran demikian dinamakan model klasikal (selektif) (Kariadinata, 2009). Terlebih dengan keberadaan perangkat lunak presentasi seperti Microsoft Office PowerPoint penyajian materi ajar dapat semakin bervariasi.
Program Microsoft Office PowerPoint dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran karena kemampuannya menampilkan menu-menu yang berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu tersebut adalah menu animasi, menu untuk memasukkan (import file) suara, video, dan gambar animasi, serta menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan program Microsoft Office PowerPoint  tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan menjadi tutor (Soekisno, 2007).
Akan tetapi, pembelajaran dengan menggunakan multimedia yang dilakukan secara klasikal rentan sekali menimbulkan kebosanan belajar pada siswa karena program dikendalikan oleh guru. Jika siswa bosan, semangat belajarnya akan menurun.
Tentunya siswa menginginkan variasi dalam proses pembelajaran, sehingga belajar lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (Decentralized Basic Education, 2007). Salah satu upaya untuk memunculkan variasi dalam pembelajaran biologi ialah dengan menyisipkan cuplikan film populer  inspiratif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk slide PowerPoint.
Film populer yang dipilih berjudul Forrest Gump. Inilah film  yang banyak mengandung pesan moral juga berhasil meraih Oscar untuk berbagai kategori. Cerita yang sederhana, tentang kisah nyata Forrest Gump (tokoh dewasa diperankan oleh Tom Hanks), sang pemuda dengan IQ rendah. Kendati ia sering dicemooh atas kekurangannya tapi dia selalu berusaha keras dan menjadi orang terbaik di bidang yang dikuasainya. Forrest  menjadi pelari yang sangat cepat sehingga dia masuk ke dalam tim football Amerika dan menghantarkan tim tersebut memenangkan pertandingan dengan kemampuannya berlari cepat. Berkat didikan ibunya yang tidak mau menyerah dengan kondisi fisik Forrest yang cacat kaki dan kondisi mentalnya yang terbelakang, Forrest menjadi manusia yang tegar yang menganggap dirinya tidaklah berbeda dengan orang normal lainnya. Film ini ingin mengajarkan bahwa seorang yang ‘tidak sempurna’ dapat menghadapi kehidupan yang sulit dan melewatinya.
Dalam sebuah adegan, Forrest kecil dicemooh dan dilempari oleh teman-temannya. Atas desakan sahabatnya, untuk menyelamatkan diri, Forrest nekat berlari sekencang-kencangnya (gambar 1). Demikianlah cuplikan film berdurasi 2 menit 24 detik yang ditayangkan dalam pembelajaran.

Selain film Forrest Gump, film lainnya yang ditampilkan dalam pembelajaran adalah film animasi berdurasi pendek (4 menit 15 detik) berjudul Boundin'. Film ini bercerita mengenai domba yang terpaksa kehilangan rambutnya karena dicukur manusia. Ia merasa rendah diri dengan kulitnya yang tampak berwarna pink sehingga ia enggan lagi menari untuk menghibur teman-temannya. Namun berkat nasehat dari ‘kelinci bertanduk’ yang ditemuinya ia menjadi optimis, bahkan dapat menari dan meloncat lebih tinggi (gambar 2). Cuplikan film Forrest Gump dan  Boundin' kemudian dikaitkan dengan kerja paru-paru, kelenjar keringat, dan ginjal sebagai alat ekskresi pada manusia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di muka, maka dilakukan penelitian yang bertujuan mengkaji  pembelajaran berbasis multimedia dengan penyisipan film populer terhadap penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Ekskresi. Diharapkan melalui pembelajaran ini, penguasaan konsep siswa meningkat dan siswa dapat mengambil pesan moral dari cuplikan film yang akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.

METODOLOGI
Penelitian yang dilaksanakan di semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 ini  melibatkan siswa kelas IX sebanyak satu kelas, yang terdiri atas 46 siswa. Materi pelajaran dijabarkan dalam bentuk teks, gambar statis berbagai organ ekskresi pada manusia, serta cuplikan film Forrest Gump  (gambar 1) dan Boundin’ (gambar 2).

Gambar 1. Forrest Kecil Melarikan Diri Ketika Dikejar dan Dicemooh oleh Teman-temannya

Gambar 2. Meskipun Rambutnya Dicukur Paksa, Domba Pink Ternyata Mampu Meloncat Lebih Tinggi

Penayangan materi pelajaran dikemas dalam bentuk slide presentasi Powerpoint. Pembelajaran dilakukan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya berlangsung 80 menit.
Untuk mengukur penguasaan konsep siswa dilakukan tes akhir dengan menggunakan instrumen berupa soal objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Penyebaran angket juga dilakukan untuk menjaring respon siswa terhadap program multimedia yang ditayangkan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan hasil analisis statistika deskriptif penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi pada manusia.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Penguasaan Konsep Siswa
JUMLAH SUBJEK
NILAI MINIMUM
NILAI MAKSIMUM
RERATA NILAI
46
50
100
82,89

Selanjutnya data nilai siswa diklasifikasikan dan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Nilai Penguasaan Konsep Siswa
RENTANG NILAI
JUMLAH SISWA
PERSENTASE JUMLAH SISWA (%)
50-59
3
6,52
60-69
4
8,70
70-79
11
23,91
80-89
10
21,74
≥ 90
18
39,13


Kemudian masing-masing siswa, nilainya dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA (sebesar 70) lalu dihitung persentasenya.
Gambar 3. Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM dan Belum Mencapai KKM

Melalui tabel 1 diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum yang diperoleh siswa secara berturut-turut sebesar 50 dan 100 dengan rerata nilai sebesar 82,89. Sebanyak 85 % siswa berhasil mencapai KKM (gambar 3). Persentase tersebut melampaui kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh Depdiknas (2006 ­dalam MAN Insan Cendekia, 2006), yaitu sebesar 75 %. Mayoritas siswa (39,13 %) nilainya mencapai ≥ 90 (tabel 2).
Slameto (2003) mengemukakan ada dua faktor besar yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern di antaranya meliputi perhatian, minat, dan motivasi. Cuplikan film yang dibangun oleh gambar dan suara dengan dilengkapi aspek dinamis lebih mampu untuk menarik perhatian dan memotivasi siswa (Lowe, 2001). Pernyataan ini beralasan karena pada dasarnya manusia menyukai sesuatu yang dinamik dan bukannya statik (Suheri, 2006).
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar selalu menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007). Hasil analisis respon siswa pada angket turut mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan para ahli. Sejumlah 100 % siswa menyampaikan bahwa tayangan film telah berhasil membangkitkan minatnya mempelajari sistem ekskresi
Satu faktor intern lainnya adalah motivasi. Nasution (1986) dan Ena (2006) sepakat bahwa penggunaan berbagai bentuk media pembelajaran dapat memotivasi siswa. Motivasi yang tinggi sangat esensial dalam mewujudkan kondisi belajar yang baik (Nasution, 1986) sebab motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa (Hamalik, 2007). Banyak kemampuan siswa tidak berkembang dikarenakan tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik). Seluruh siswa (100 % siswa) mengungkapkan bahwa cuplikan film telah meningkatkan semangat mereka dalam mempelajari Sistem Ekskresi pada Manusia. Penggunaan tayangan film yang secara eksplisit menunjukkan aspek-aspek dinamis mampu membantu membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk melakukan eksplorasi.
Sebanyak 95,35 % siswa juga menuturkan bahwa cuplikan film membantu mereka dalam belajar dan memahami materi pelajaran. Belajar dengan menggunakan tayangan film memperkecil kemungkinan siswa merasa bosan mengkaji materi pelajaran. Demikian yang diungkapkan oleh 93,02 % siswa. Hal ini tercermin dari fokusnya siswa dalam belajar. Sebanyak 93,02 % siswa menyatakan cuplikan film membantu memfokuskan perhatian mereka dalam belajar.
Selain faktor intern, terdapat pula faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu metode dan alat ajar (Slameto, 2003). Kegiatan pembelajaran konsep sistem ekskresi dengan menyisipkan cuplikan film populer merupakan metode dan alat ajar yang baru diterapkan dalam pembelajaran biologi. Adanya variasi metode dan alat ajar membuat belajar lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (DBE, 2007).


Lebih lanjut lagi, 97,674 % siswa menyatakan kehidupan tokoh utama di film memotivasi mereka untuk semangat dan bekerja keras meraih cita-cita. Berikut petikan komentar yang diungkapkan siswa, di antaranya:






 




KESIMPULAN
Melalui pembelajaran berbasis multimedia dengan penyisipan cuplikan film populer, diperoleh  rerata nilai penguasaan konsep siswa mencapai 82,89 dimana nilai dari 85 %  siswa berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum. Pembelajaran demikian juga meningkatkan semangat dan minat siswa, membantu siswa belajar dan memotivasi siswa dalam mewujudkan cita-citanya.  

DAFTAR PUSTAKA
Decentralized Basic Education. (2007). Upaya yang Lebih Baik dalam Memotivasi Siswa untuk Belajar. [Online]. Tersedia: http://www.dbe-usaid.org [13 September 2009]
Ena, O. (2006). Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc [14 September 2007].
Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kariadinata, R. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multimedia. [Online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=83 [13 September 2009]
Lowe, R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].
Lowe, R(2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].

Tidak ada komentar: