SMP Negeri 2 Cimahi
Abstract
Learning by using multimedia
clasically, often cause students’ boredom because the program is controlled by
the teacher. To solve this problem, i propose an alternative solution by
inserting a popular inspirational movie clips. The movie has to match with the learning
topic and will be packed in the form of PowerPoint slides. The objective of
this study is to disclose the multimedia-based learning by inserting a popular
movie to the students’ concept mastering in learning of Excretion System. One class (46 students of 9th
grade) were involved in this study. From the post test, it was found that
students’ mean score reaches 82,89; with 85 % of students reaches Kriteria
Ketuntasan Minimum (score 70). Based on
student responses in the questionnaire is also known that films showing
increasing students’ enthuasiasm, students’ interest, helps students in
learning and motivate them to achieve their future goals.
Keywords:
Popular movie clips, concepts mastery, excretion system
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai
pendidik merupakan jabatan profesional. Karena itu profesionalisme guru
dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Guru yang profesional dapat memanfaatkan kemajuan iptek dalam
pendidikan.
Sebagai upaya memanfaatkan kemajuan iptek dalam
pembelajaran, guru yang melek teknologi tentu tidak ragu untuk menggunakan
komputer sebagai media pembelajaran. Dengan berbagai keistimewaan yang
dimilikinya, komputer memiliki
kemampuan untuk menyampaikan informasi atau ide-ide yang
terkandung dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Dalam melaksanakan pembelajaran berbantuan komputer, minimnya
jumlah perangkat komputer yang tersedia di sekolah sudah tidak terlalu menjadi
kendala. Guru dapat memanfaatkan LCD proyektor
sebagai sebuah alat bantu tayang lebar di dalam kelas. Model pembelajaran
demikian dinamakan model klasikal (selektif) (Kariadinata, 2009). Terlebih
dengan keberadaan perangkat lunak presentasi seperti Microsoft
Office PowerPoint penyajian materi ajar dapat semakin
bervariasi.
Program Microsoft Office PowerPoint dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran karena kemampuannya menampilkan menu-menu yang
berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu
tersebut adalah menu animasi, menu untuk memasukkan (import file) suara, video, dan gambar animasi, serta menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara
satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan
program Microsoft Office PowerPoint tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan
menjadi tutor (Soekisno, 2007).
Akan tetapi,
pembelajaran dengan menggunakan multimedia yang dilakukan secara klasikal
rentan sekali menimbulkan kebosanan belajar pada siswa karena program
dikendalikan oleh guru. Jika siswa bosan, semangat belajarnya akan menurun.
Tentunya siswa
menginginkan variasi dalam proses pembelajaran, sehingga belajar lebih menarik
dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran akan
menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar dengan
lebih berhasil (Rachman, 2006). Variasi akan membuat siswa tetap
konsentrasi dan termotivasi (Decentralized Basic Education, 2007). Salah satu
upaya untuk memunculkan variasi dalam pembelajaran biologi ialah dengan
menyisipkan cuplikan film populer
inspiratif yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk slide PowerPoint.
Film
populer yang dipilih berjudul Forrest Gump. Inilah film yang banyak mengandung pesan moral juga
berhasil meraih Oscar untuk berbagai kategori. Cerita yang sederhana, tentang
kisah nyata Forrest Gump (tokoh dewasa diperankan oleh Tom Hanks), sang pemuda
dengan IQ rendah. Kendati ia sering dicemooh atas kekurangannya tapi dia selalu berusaha keras dan menjadi orang terbaik
di bidang yang dikuasainya. Forrest
menjadi pelari yang sangat cepat sehingga dia masuk ke dalam tim football Amerika dan menghantarkan tim
tersebut memenangkan pertandingan dengan kemampuannya berlari cepat. Berkat
didikan ibunya yang tidak mau menyerah dengan kondisi fisik Forrest yang cacat
kaki dan kondisi mentalnya yang terbelakang, Forrest menjadi manusia yang tegar
yang menganggap dirinya tidaklah berbeda dengan orang normal lainnya. Film ini
ingin mengajarkan bahwa seorang yang ‘tidak sempurna’ dapat menghadapi
kehidupan yang sulit dan melewatinya.
Dalam
sebuah adegan, Forrest kecil dicemooh dan dilempari oleh teman-temannya. Atas
desakan sahabatnya, untuk menyelamatkan diri, Forrest nekat berlari
sekencang-kencangnya (gambar 1). Demikianlah cuplikan film berdurasi 2 menit 24
detik yang ditayangkan dalam pembelajaran.
Selain film
Forrest Gump, film lainnya yang ditampilkan dalam pembelajaran adalah film
animasi berdurasi pendek (4 menit 15 detik) berjudul Boundin'. Film ini bercerita
mengenai domba yang terpaksa kehilangan rambutnya karena dicukur manusia. Ia
merasa rendah diri dengan kulitnya yang tampak berwarna pink sehingga ia enggan
lagi menari untuk menghibur teman-temannya. Namun berkat nasehat dari ‘kelinci
bertanduk’ yang ditemuinya ia menjadi optimis, bahkan dapat menari dan meloncat
lebih tinggi (gambar 2). Cuplikan film Forrest Gump dan Boundin' kemudian dikaitkan dengan kerja
paru-paru, kelenjar keringat, dan ginjal sebagai alat ekskresi pada manusia.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di muka, maka dilakukan penelitian yang
bertujuan mengkaji pembelajaran berbasis
multimedia dengan penyisipan film populer terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi Sistem Ekskresi. Diharapkan melalui pembelajaran ini, penguasaan konsep
siswa meningkat dan siswa dapat mengambil pesan moral dari cuplikan film yang
akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.
METODOLOGI
Penelitian yang
dilaksanakan di semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 ini melibatkan siswa kelas IX sebanyak satu kelas,
yang terdiri atas 46 siswa. Materi pelajaran dijabarkan dalam bentuk teks,
gambar statis berbagai organ ekskresi pada manusia, serta cuplikan film Forrest
Gump (gambar 1) dan Boundin’ (gambar 2).
Gambar
1. Forrest Kecil Melarikan Diri Ketika Dikejar dan Dicemooh oleh Teman-temannya
Gambar
2. Meskipun Rambutnya Dicukur Paksa, Domba Pink Ternyata Mampu Meloncat Lebih
Tinggi
Penayangan materi pelajaran dikemas
dalam bentuk slide presentasi Powerpoint. Pembelajaran dilakukan
selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya berlangsung 80 menit.
Untuk
mengukur penguasaan konsep siswa dilakukan tes akhir dengan menggunakan
instrumen berupa soal objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan.
Penyebaran angket juga dilakukan untuk menjaring respon siswa terhadap program
multimedia yang ditayangkan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berikut
merupakan hasil analisis statistika deskriptif penguasaan konsep siswa pada
materi sistem ekskresi pada manusia.
Tabel
1. Statistik Deskriptif Penguasaan Konsep Siswa
JUMLAH
SUBJEK
|
NILAI
MINIMUM
|
NILAI
MAKSIMUM
|
RERATA
NILAI
|
46
|
50
|
100
|
82,89
|
Selanjutnya data nilai siswa
diklasifikasikan dan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel
2. Nilai Penguasaan Konsep Siswa
RENTANG
NILAI
|
JUMLAH
SISWA
|
PERSENTASE
JUMLAH SISWA (%)
|
50-59
|
3
|
6,52
|
60-69
|
4
|
8,70
|
70-79
|
11
|
23,91
|
80-89
|
10
|
21,74
|
≥ 90
|
18
|
39,13
|
Kemudian masing-masing siswa, nilainya
dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA
(sebesar 70) lalu dihitung persentasenya.
Gambar
3. Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM dan Belum Mencapai KKM
Melalui
tabel 1 diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum yang diperoleh siswa secara
berturut-turut sebesar 50 dan 100 dengan rerata nilai sebesar 82,89. Sebanyak
85 % siswa berhasil mencapai KKM (gambar 3). Persentase tersebut melampaui
kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh Depdiknas (2006 dalam
MAN Insan Cendekia, 2006), yaitu sebesar 75 %. Mayoritas siswa (39,13 %)
nilainya mencapai ≥ 90 (tabel
2).
Slameto
(2003) mengemukakan ada dua faktor besar yang mempengaruhi belajar, yaitu
faktor intern dan ekstern. Faktor intern di antaranya meliputi perhatian,
minat, dan motivasi. Cuplikan film yang dibangun oleh gambar dan suara dengan
dilengkapi aspek dinamis lebih mampu untuk menarik perhatian dan memotivasi
siswa (Lowe, 2001). Pernyataan ini beralasan karena pada dasarnya manusia menyukai sesuatu yang dinamik dan bukannya statik
(Suheri, 2006).
Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya. Karena itu, perlu diusahakan bahan ajar selalu
menarik perhatian (Slameto, 2003). Jika siswa sudah merasa tertarik akan
sesuatu, maka akan timbul minat siswa untuk mengkaji materi ajar yang
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan siswa lebih menyukai
sesuatu hal daripada hal lainnya (Hamalik, 2007). Hasil analisis respon siswa
pada angket turut mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan para ahli.
Sejumlah 100 % siswa menyampaikan bahwa tayangan film telah berhasil
membangkitkan minatnya mempelajari sistem ekskresi
Satu faktor intern lainnya
adalah motivasi. Nasution (1986) dan Ena (2006) sepakat bahwa penggunaan
berbagai bentuk media pembelajaran dapat memotivasi siswa. Motivasi yang tinggi
sangat esensial dalam mewujudkan kondisi belajar yang baik (Nasution, 1986) sebab
motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa
(Hamalik, 2007). Banyak kemampuan siswa tidak berkembang dikarenakan tidak
diperolehnya motivasi yang tepat. Motivasi belajar perlu diusahakan, terutama
yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik). Seluruh siswa (100 % siswa)
mengungkapkan bahwa cuplikan film telah meningkatkan semangat mereka dalam
mempelajari Sistem Ekskresi pada Manusia. Penggunaan tayangan film yang secara
eksplisit menunjukkan aspek-aspek dinamis mampu membantu membangkitkan rasa
ingin tahu siswa dan keinginannya untuk melakukan eksplorasi.
Sebanyak 95,35 % siswa
juga menuturkan bahwa cuplikan film membantu mereka dalam belajar dan memahami
materi pelajaran. Belajar
dengan menggunakan tayangan film memperkecil kemungkinan siswa merasa bosan mengkaji
materi pelajaran. Demikian yang diungkapkan oleh 93,02 %
siswa. Hal ini tercermin dari fokusnya siswa dalam belajar. Sebanyak 93,02 % siswa menyatakan cuplikan film membantu memfokuskan
perhatian mereka dalam belajar.
Selain faktor intern,
terdapat pula faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu metode dan
alat ajar (Slameto, 2003). Kegiatan pembelajaran konsep sistem ekskresi dengan menyisipkan
cuplikan film populer merupakan metode dan alat ajar yang baru diterapkan dalam
pembelajaran biologi. Adanya variasi metode dan alat ajar membuat belajar
lebih menarik dan lebih hidup. Guru yang mengadakan variasi dalam pembelajaran
akan menyebabkan siswa lebih dapat memusatkan perhatian dan dapat belajar
dengan lebih berhasil
(Rachman, 2006).
Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi (DBE, 2007).
Lebih
lanjut lagi, 97,674 % siswa
menyatakan kehidupan tokoh utama di film memotivasi mereka untuk semangat dan
bekerja keras meraih cita-cita. Berikut petikan komentar yang diungkapkan siswa,
di antaranya:
KESIMPULAN
Melalui pembelajaran berbasis multimedia
dengan penyisipan cuplikan film populer, diperoleh rerata nilai penguasaan konsep siswa mencapai 82,89 dimana nilai dari 85 % siswa berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum. Pembelajaran demikian juga meningkatkan semangat dan minat siswa,
membantu siswa belajar dan memotivasi siswa dalam mewujudkan cita-citanya.
DAFTAR PUSTAKA
Decentralized
Basic Education. (2007). Upaya yang Lebih Baik dalam Memotivasi Siswa untuk Belajar. [Online].
Tersedia: http://www.dbe-usaid.org [13 September 2009]
Ena,
O. (2006). Membuat Media Pembelajaran
Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc
[14
September 2007].
Hamalik,
O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kariadinata,
R. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multimedia. [Online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=83 [13 September 2009]
Lowe,
R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving
Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN
Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online].
Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61
[15 Juli 2008].
Nasution,
S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung:
Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran.
Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto.
(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno,
R. (2007). Pengembangan ICT dalam
Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri,
A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman.
Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf
[2 Juni 2007].
Lowe, R(2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au/conf/conf01/downloads/AUC2001_Lowe.pdf [10 Mei 2008].
MAN Insan Cendekia. (2006). Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan KTSP. [Online]. Tersedia: http://id.maninsancendekia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=61 [15 Juli 2008].
Nasution, S. (1986). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Rachman, M. (2006). Naskah Video Pembelajaran. Tersedia: http://ginie.pitt.edu
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekisno, R. (2007). Pengembangan ICT dalam Pembelajaran di SMA. [Online]. Tersedia: http://rbaryans.wordpress.com/2007/02/23/pengembangan-ict-dalam-pembelajaran-di-sma/ [14 September 2007].
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id/images/articles/27_33_pak_agus.pdf [2 Juni 2007].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar